Wabah Corona: Kisah WNI di Italia Ikut Dikaratina
- dw
Beberapa hari setelah pemerintah Italia memutuskan memperluas karantina ke seluruh wilayahnya, kehidupan di Italia terasa berubah. Pemerintah Italia memutuskan untuk memperluas kebijakan karantina ke seluruh wilayahnya setelah angka kematian akibat virus corona pada awal pekan melonjak dari 97 orang menjadi 463 orang. Yulia Kartini, perempuan asal Indonesia yang sudah dua dekade lamanya bermukim di Italia, menceritakan perubahan drastis kehidupannya kini setelah kebijakan tersebut.
DW: Bagaimana situasi di tempat Anda tinggal di Italia saat ini?
Yulia: Saya bermukim di Fara Gera D'adda, yang terletak 40 kilometer di Kota Milan. Setelah ultimatum 'lockdown' dari pemerintah Italia, situasi di Kota Fara Gera D'adda, yang terletak 40 kilometer di Kota Milan, terasa berubah drastis. Jalan-jalan terlihat sepi dan toko-toko di pusat kota hampir semuanya tutup.
Hal ini terkait dengan dekrit yang dikeluarkan oleh Perdana Menteri Italia awal pekan lalu, yang berisi mengenai peraturan bepergian hanya diperbolehkan untuk bekerja, belanja kebutuhan sehari-hari, atau keperluan yang menyangkut urusan kesehatan. Saya bahkan dengar kabar, apabila melanggar akan dikenakan denda. Sekolah-sekolah juga tutup.
Menurut Anda pribadi, bagaimana pemerintah Italia menangani problem ini?
Kebijakan pemerintah italia dalam menanggulangi wabah virus sudah cukup baik dan sangat terorganisir. Sejak awal saat terdeteksi pasien pertama corona, pemerintah langsung menerapkan daerah dengan tanda Red Zone di beberapa wilayah yang kemudian diintensifkan dengan karantina ke seluruh wilayah Italia. Penutupan sekolah dan keramaian umum dimaksudkan untuk mencegah penyebaran virus, dan masyarakat diharuskan diam di rumah apabila tidak diperlukan untuk bepergian. Pemerintah juga terus dengan cepat menambah kapasitas rumah sakit untuk bisa menampung lebih banyak pasien yang membutuhkan perawatan darurat dan intensif.
Bagaimana dengan persediaan makanan?