Logo ABC

Sejumlah Backpacker Mengaku jadi Pelampiasan Seksual Petani Australia

Petani asal Queensland ini diseret ke meja hijau dengan tuduhan pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap sejumlah backpacker yang bekerja di lahan pertaniannya di daerah South Burnett.
Petani asal Queensland ini diseret ke meja hijau dengan tuduhan pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap sejumlah backpacker yang bekerja di lahan pertaniannya di daerah South Burnett.
Sumber :
  • abc

Seorang petani asal Queensland, Australia, dituduh memecat pekerjanya, yang seorang pekerja "backpacker" perempuan asal Inggris, setelah ia menolak melakukan seks oral.

Pria berusia 50 tahun yang tak disebutkan namanya karena alasan hukum telah diseret ke meja hijau di Brisbane, dengan dakwaan pemerkosaan, kekerasan seksual, serta penipuan tenaga kerja.

Perempuan Inggris tersebut bekerja di perkebunan miliknya, untuk memperpanjang visanya sebagai bagian dari program Working Holiday Visa (WHV), yang mewajibkan pesertanya bekerja di wilayah regional.

Peristiwa terjadi di awal 2017 yang terjadi di kawasan pertanian South Burnett.

Di Pengadilan Magistrasi Brisbane, hari Selasa (3/3/2020), teman korban yang memberikan kesaksian mengatakan mereka sempat membahas apa yang dialami korban, setelah meninggalkan pertanian dan kembali ke Melbourne.

"Ia meminta saya untuk melakukan seks oral lagi. Saya menolak dan saat itulah dia memecatku," kata saksi mengutip penuturan korban.

Menurut saksi, korban yang masih berusia muda itu mengaku pernah melakukan seks oral dua kali dengan si petani.

Pijatan untuk si petani

Perempuan lain yang bekerja di pertanian tersebut juga memberikan keterangan di pengadilan. Dia mengaku bagian bokongnya pernah dipegang oleh si petani saat mereka berada di sebuah supermarket.

"Saya merasa tidak nyaman karena saya menganggapnya sebagai majikan, bukan pacar atau seseorang yang saya sukai," kata saksi korban.

Dia menerangkan petani itu memiliki kepribadian sombong dan seringkali "memaksa minum-minum" ketika perempuan itu bekerja di sana.

"Dia bilang, kamu bisa menjadi istriku," katanya.

Hal itu mengganggunya, karena ia berada di pertanian untuk bekerja, bukan mencari suami.

""Pria ini selalu mendatangi saya, membuatku merasa tidak nyaman. Dia tidak membayar gaji saya, berbohong kalau mantan istri dan anak-anaknya datang sehingga dia mengusirku," tuturnya.

"Saya tidak mendapat kompensasi, kehilangan satu hingga dua tahun kerja, dilecehkan secara seksual, dan merasa tidak nyaman," kata saksi korban.

Perempuan ini adalah seorang warga Australia yang bekerja di pertanian ini bukan karena keperluan visa.

Saat melamar kerjaan di sana, katanya, dia memasukkan keterampilan memijat di biodatanya.

Di persidangan dia mengaku telah memberikan pijatan kepada si petani, namun hanya pijatan biasa, bukan bersifat seksual.

"Saat pijatan pertama, dia berbaring tengkurap dan melepas seluruh pakaiannya," jelasnya.

"Ketika saya masuk ke kamar dia berbaring telanjang, lalu saya mengambil handuk dan menutupi tubuhnya," kata saksi korban.

Dia menyebutkan pria itu sempat mengaku telah berhubungan seks dengan "backpacker" yang bekerja di sana.

Saksi lain yang didengar keterangannya adalah Tammy MaErlean, seorang polisi yang mewawancari korban pada Juli 2018.

Dia menyatakan bahwa perempuan muda itu belakangan mengubah keterangannya dengan alasan telah menerima konseling.

Empat perempuan muda

Kesaksian yang memberatkan si petani juga diberikan oleh empat perempuan muda lainnya, yang memberikan keterangan melalui tautan video dari luar negeri.

Keempat saksi ini pernah bekerja di pertanian milik terdakwa.

Salah seorang wanita ini menjadi emosional saat menjelaskan bahwa petani berusia 50 tahun itu memegang payudaranya.

"Kami berada di kebun waktu itu dan saya merasa terpaksa melakukannya," katanya.

“Kami bekerja sepanjang hari dan minum-minum bir. Hari sudah gelap ketika tinggal saya dan dia di sana," ujarnya.

Dia mengakui agak mabuk saat itu dan si petani merayunya soal payudaranya yang indah dan ingin menyentuhnya.

Pengacara si petani, Scott Lynch, bertanya mengapa saksi tidak menyebutkan semua keterangan ini saat diperiksa polisi.

Saksi menjawab bahwa saat itu dia merasa malu.

Wanita kedua yang memberi keterangan menyebutkan bahwa petani itu meminta agar pintu kamar tidur di rumah tidak dikunci supaya dia, katanya, masuk ke sana kalau dia mau.

Terpaksa perlihatkan payudara

Sementara itu, saksi perempuan ketiga mengaku dirinya merasa terpaksa untuk memperlihatkan payudaranya kepada si petani.

"Saya tidak mau melakukannya, tapi saya merasa itulah satu-satunya cara untuk mengakhiri pembicaraan dengannya," katanya dalam persidangan.

Saksi ini juga ditanya mengapa tidak memasukkan keterangannya ke dalam pernyataan polisi. Dan dia menjawab bahwa dia merasa malu untuk menceritakannya.

"Saya ingin melupakan kejadian itu. Saya merasa sangat malu karena menyerah padanya," katanya.

Perempuan muda keempat menambahkan dia tidak melakukan kontak seksual dengan petani tersebut.

Namun ia mengaku pria itu pernah bersandar kepadanya saat mereka berada di dapur.

Pemeriksaan kasus ini masih berlanjut pekan ini.

Simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini.