Rachmat Gobel Dorong Organisasi Mahasiswa Berperan dalam Ekonomi
- Istimewa
VIVA – Generasi muda dari kalangan organisasi kemahasiswaan perlu lebih meningkatkan peran serta mereka dalam bidang pemberdayaan masyarakat, terutama di bidang sosial dan ekonomi.
Melalui bidang ini, kontribusi mereka di tengah masyarakat akan semakin terasa, terutama dalam mewujudkan keadilan sosial dan ekonomi yang lebih baik lagi di masa datang.
“Jadi, gerakan perubahan yang dilakukan mahasiswa tidak hanya di jalur politik, tapi juga di bidang sosial dan ekonomi, agar kontribusi generasi muda terhadap pembangunan Indonesia semakin nyata dan kian besar,” kata Wakil Ketua DPR-RI, Rachmat Gobel, seperti dikutip dari keterangannya, Senin 2 Maret 2020.
Rachmat mengatakan, masih banyak potensi ekonomi Indonesia yang belum tergarap secara optimal, seperti kegiatan ekonomi berbasis budaya. Dengan keragaman budaya dan tradisi Indonesia, potensi ekonomi di sektor ini sangat besar.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), setidaknya ada sekitar 300 kelompok etnik yang ada di Indonesia, yang masing-masing mempunyai karakter budaya dengan kearifan lokalnya masing-masing.
“Budaya dan produk budaya ini sangat membutuhkan ide-ide kreatif, sehingga mempunyai nilai ekonomi, dan potensinya sangat besar. Banyak negara, seperti Jepang dan Korea Selatan, telah berhasil mengembangkan tradisi dan budaya mereka menjadi bernilai ekonomi yang tinggi, dan potensi ini juga ada di Indonesia. Dan yang tidak kalah penting, pengembangan ekonomi berbasis budaya ini juga bisa menjadi jalur yang efektif untuk pemerataan ekonomi,” kata Rachmat.
Membangun Kewirausahaan
Menurut Rachmat, untuk bisa lebih meningkatkan kontribusi nyata dalam pembangunan, organisasi kemahasiswaan perlu mendorong dan membantu peningkatan semangat kewirausahaan para anggotanya. Ini bisa dilakukan melalui reposisi orientasi generasi muda, yang sampai saat ini sebagian besar masih ingin menjadi pekerja. Merancang berbagai program kerja sama dan pelatihan dengan pelaku industri yang sudah mapan,adalah salah satu pilihan dalam upaya meningkatkan semangat kewirausahaan.
“Jadi, kalangan mahasiswa perlu melakukan reposisi, untuk tidak lagi bercita-cita hanya mencari pekerjaan, tapi bagaimana menciptakanlapangan kerja. Ini membutuhkan semangat kewirausahaan yang tinggi,” kata Rachmat.
Berdasarkan data BPS, dibandingkan negara tetangga, rasio orang Indonesia yang terjun menjadi wirausaha masih sangat rendah. Persentase masih sekitar tiga persen dari total jumlah penduduk. Angka ini jauh di bawah Singapura sebesar tujuh persen, kemudian Malaysia enam persen, dan Thailand yang mencapai lima persen.
Dalam kesempatan itu, Rachmat juga menyinggung potensi industri halal yang berpeluang untuk digarap generasi muda. Baik di Indonesia maupun global, industri halal saat ini mengalami perkembangan pesat dan menjadi salah satu sektor yang banyak dikembangkan negara lain, termasuk negara yang mayoritas penduduknya bukan muslim.
Berdasarkan data State of The Global Economy Report, pada 2018 saja pasar industri halal dunia sudah mencapai US$2,3 triliun. Angka ini terus tumbuh rata-rata 20 persen per tahun atau senilai US$560 miliar. Angka itu, antara lain berasal dari perdagangan makanan halal, industri kosmetik, farmasi, fasion, dan pariwisata.
Berdasarkan perkiraan, di Indonesia sendiri, menurut data State of The Global Economy Report merupakan salah satu pasar produk halal terbesar dunia. Diperkirakan, pada 2017 saja, pengeluaran masyarakat Indonesia untuk makanan halal mencapai US$218,8 miliar. Dan, Indonesia sampai saat ini, termasuk sebagai importir terbesar produk halal dengan nilai sekitar US$169,7 miliar.
“Pengembangan industri halal ini juga adalah peluang besar yang perlu mendapat perhatian dari organisasi kemahasiswaan seperti SEMMI,” kata Rachmat.
SEMMI adalah organisasimahasiswa yang didirikan pada 1956 oleh tokoh-tokoh dari Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII).
Partai ini berasal dari organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan H. Samanhoedi di Solo, sebagai perkongsian dagang umat. SDI, kemudian berganti nama menjadi Syarikat Islam, dengan tokohnya yang terkenal H.O.S Tjokroaminoto.