Kisah WNI di Malaysia Bertemu Ibu Kandung Setelah 15 Tahun Terpisah
- bbc
Hana Beddong merantau ke Lahad Datu, Negara Bagian Sabah, Malaysia sebagai pekerja perkebunan kelapa sawit dan melahirkan Iwan di sana pada tahun 1997.
Di Malaysia, anak-anak tenaga kerja asing tidak boleh mengakses pendidikan di sekolah negeri kecuali mereka telah memegang izin menetap.
Terlebih lagi lantaran Hana pada masa itu masih berstatus sebagai tenaga kerja ilegal sehingga Iwan tidak bakalan mengakses pendidikan di Malaysia, maka ia mengantarkan anaknya yang memasuki usia enam tahun ke Bulukumba untuk bersekolah dan tinggal bersama nenek. Adapun Hana kembali bekerja di Malaysia untuk menafkahi Iwan serta kakaknya.
Tak lama kemudian, Iwan diambil oleh bapaknya yang sudah bercerai dengan Hana, dan sudah pula pulang ke Indonesia dari Malaysia.
Di usia 12 tahun, Iwan dibawa oleh seorang calo bersama bapaknya ke Malaysia untuk bekerja melalui jalur tidak resmi dan tanpa selembar dokumen yang menunjukkan identitasnya. Mereka bekerja di sebuah perkebunan kelapa sawit di Sandakan, Sabah.
Dalam hitungan beberapa bulan saja, Iwan melarikan diri dari bapaknya, lantaran berdasarkan penuturannya, ia kerap "dipukuli". Ia mengaku kadang-kadang bertindak nakal ketika masih anak-anak.
Dari satu ladang ke ladang lainnya, Iwan bekerja tanpa bayaran memadai, sebab tak punya izin kerja dan paspor. Ia pun kehilangan kontak dengan semua anggota keluarga dan tidak ingat alamat mereka di Indonesia maupun lokasi ibunya di Malaysia.
Bagaimanapun, Iwan, dengan bantuan seorang teman, telah berusaha mencari keluarganya dengan cara menyisir media sosial walaupun tidak berhasil.
"Saya mencari-cari di Facebook tapi belum dapat juga. Yang saya cari adalah abang saya. Namanya Awi. Itu yang saya cari. Saya tahu namanya dan tahu mukanya," tuturnya.
Ditambahkan bahwa ia dan Awi mirip bahkan sampai dibilang sebagai anak kembar.
Pihak keluarga juga mencari-carinya tetapi hasilnya nihil. Hana, misalnya menelpon mantan mertuanya untuk menanyakan apakah mempunyai nomer kontak Iwan, tetapi jawabannya tidak.
"Ketika sembahyang, saya selalu doakan semoga kita bertemu kembali. Dalam hatiku, hidupkah atau matikah anakku? Tapi hatiku, macam ia belum mati, pasal dalam mimpi terasa anak ini masih ada," ungkap Hana dalam wawancara dengan wartawan BBC News Indonesia, Rohmatin Bonasir, sehari sebelum menemui putranya.