Logo BBC

Derita Putra Amrozi Pelaku Bom Bali 1: Bertahun-tahun Seperti Sampah

"Ibu dan Garil, saya anak dari pelaku Bom Bali 1, saya minta maaf yang sebesar-besarnya, mewakili keluarga. Saya juga korban, adik korban, cuma bedanya, ayah saya terlibat di kejadian itu," kata Hendra mengawali pertemuannya.

Ia menyebut dirinya juga sebagai "korban" karena tidak mengetahui apa-apa terkait rencana dan tindakan bapaknya dalam tindak terorisme itu.

Sempat mau meneruskan apa yang dilakukan bapak

"Jujur, saya juga sebagai korban, saya gak tau apa-apa. Saya diacuhkan sama orang-orang, gak dianggap sama orang. Pontang panting di jalan. Cari kerja juga gak bisa. Saya juga korban. Mungkin itu jalannya. Saya ambil positifnya," tambahnya lagi dalam pertemuan di Sedayu, Lamongan, Jawa Timur, daerah tempat Hendra bekerja saat itu.

Ia mengaku jarang bertemu dengan ayahnya karena kedua orang tuanya berpisah saat Hendra masih bayi.

Tetapi begitu mengetahui ayahnya ditangkap dan dieksekusi enam tahun kemudian--pada November 2008-- reaksinya "sempat marah kepada negara" karena mengeksekusi ayahnya.

"Sudah kacau pikiran saat itu. Setelah lihat jenazah dibuka. Saya down. Emosi memuncak," katanya. Ditambah lagi dengan sulitnya dia mencari nafkah dengan cap yang lekat padanya sebagai anak pelaku pengeboman.