Cara Freeport Tingkatkan Jumlah Pekerja dari Orang Asli Papua
- VIVA.co.id/Banjir Ambarita
VIVA – Presiden Direktur PT Freeport Indonesia atau PTFI, Tony Wenas mengaku, pihaknya telah berkomitmen untuk terus meningkatkan jumlah pekerjanya yang berasal dari orang asli Papua.
Dia mengaku, sejak 1996 upaya itu sebenarnya telah dilakukan oleh PTFI secara berkelanjutan, di mana hingga saat ini total jumlah pekerja yang berasal dari orang asli Papua sudah mencapai sekitar 40 persen.
Tony pun menjabarkan program-program terkait pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia apa saja yang dimiliki pihaknya, guna terus meningkatkan jumlah pekerja asli Papua di PTFI tersebut.
"Program-program yang kita lakukan di lokasi kerja kita antara lain adalah program pelatihan kompetensi dasar dan tingkat lanjut, juga di satu institut yang kita namakan Institut Pertambangan Nemangkawi," kata Tony Wenas, di DPR RI, Senayan, Rabu 19 Februari 2020.
Tony menjelaskan, Institut Pertambangan Nemangkawi ini merupakan semacam Balai Latihan Kerja untuk mendidik anak-anak muda Papua, di mana mereka bisa langsung mendapatkan pelatihan kerja seperti misalnya magang dengan mendapatkan insentif.
Kemudian, ada juga model pelatihan untuk menjadi operator pertambangan dan kemampuan lain sebagainya, supaya mereka nantinya bisa menjadi tenaga kerja terampil atau 'skilled worker'.
"Sehingga pada saat mereka bekerja baik di PTFI maupun di perusahaan lain, mereka sudah siap untuk melakukan pekerjaan sebagai tenaga kerja terampil," kata Tony.
Dia menjelaskan, sejak 2003 hingga saat ini, Institut Pertambangan Nemangkawi sudah berhasil membina lebih dari 4.100 siswa, di mana lebih dari 90 persennya adalah orang asli Papua.
Dari jumlah 4.100 siswa ini, lanjut Tony, sekitar 3.000 siswa diantaranya sudah dipekerjakan di PTFI, sementara sisanya juga sudah bekerja di tempat-tempat lain baik di industri tambang maupun industri lain di banyak tempat di Indonesia.
"Kami juga melakukan program studi lanjutan bagi karyawan-karyawan kita, di mana kita telah bekerjasama dengan School of Business and Management Institut Teknologi Bandung (SBM ITB)," kata Tony.
"Kemudian, kita juga bekerjasama dengan sekolah bisnis di IPB, dan sudah lebih dari 160 orang yang lulus dalam program ini dengan sekitar 26 orang di antaranya adalah karyawan asli dari Papua," ujarnya.