WNI Eks ISIS di Suriah Minta Pulang: Kami Sangat Lelah
- bbc
Nada Fedulla, remaja asal Indonesia, hanyalah satu dari ribuan bahkan puluhan ribu anak-anak petempur ISIS dari berbagai negara, yang kini terjebak di kamp pengungsian Al-Hol, di timur laut Suriah.
Semenjak kekalahan kelompok kekhilafahan ISIS kira-kira dua atau tiga tahun lalu, keluarga para petempur ISIS - para perempuan dan anak-anak - ditempatkan di kamp pengungsian yang dipadati lebih dari 70.000 orang.
Dalam kondisi yang menyedihkan, dicampakkan para suami, diabaikan khalifah dan pemerintah mereka, Nada dan sebagian pengungsi perempuan lainnya masih berharap untuk dapat pulang ke negara asalnya.
"Saya sangat lelah tinggal di sini. Jadi, saya sangat berterima kasih jika ada orang yang memaafkan dan menerima kami pulang," ungkap Nada dalam wawancara khusus dengan Quentin Sommerville, koresponden BBC di Timur Tengah.
Dia juga berharap kepada pemerintah Indonesia untuk dapat memulangkannya dan keluarganya - termasuk ayahnya yang kini mendekam di penjara di Suriah yang menampung para eks petempur ISIS.
"Jika pemerintah Indonesia bisa melakukannya, saya ingin mereka membawa pulang kami dan membawa ayah dan saudara saya," katanya.
Sebuah harapan yang kini justru menjadi isu sangat sensitif di Indonesia setelah sempat muncul wacana pemulangan mereka, tetapi mendapat penolakan keras, karena kepulangan mereka dikhawatirkan membawa `virus terorisme` baru.
Kini Nada Fedulla dan keluarganya, juga sejumlah keluarga dari Indonesia lainnya, masih belum jelas nasibnya, setelah pemerintah Indonesia melalui Menteri Koordinator Bidang Polhukam Mahfud MD pada Selasa (11/02) menyatakan `tidak ada rencana` bahkan `tidak akan memulangkan` eks ISIS ke Indonesia.
Sebagian negara di dunia tidak menginginkan para petempur eks ISIS maupun keluarganya, termasuk Inggris. Hanya sedikit negara yang mau menerima mereka kembali, seperti Rusia, Arab Saudi, dan Maroko.
Semenjak kekalahan kelompok kekhilafahan ISIS kira-kira dua atau tiga tahun lalu, keluarga para petempur ISIS - para perempuan dan anak-anak - di tempatkan di kamp pengungsian yang dipadati lebih dari 70.000 orang. - Getty Images
Dalam wawancara khusus dengan BBC, Nada mengisahkan awal mula dia serta seluruh keluarga diboyong ayahnya ke Suriah, demi bergabung dengan ISIS, sekian tahun lalu.
Nada harus meninggalkan sekolah dan melupakan cita-citanya menjadi dokter.
"Dulu saya bercita-cita menjadi dokter. Saya suka belajar," katanya.
Berikut petikan wawancara Nada - didampingi neneknya - dengan koresponden Timur Tengah BBC, Quentin Sommerville: