Tiga Perempuan Indonesia Runtuhkan Dominasi Pria di Bidang Sains
- abc
Saat diminta untuk meneropong peluang perempuan Indonesia di bidang STEM di masa datang, Alia optimistis.
Menurut Alia, perlakuan berdasarkan gender sebenarnya hanya bias di bawah alam sadar yang seharusnya tidak menghentikan langkah perempuan di bidang Sains.
"[Harapannya] adalah agar tidak ada lagi "unconscious bias" (bias di bawah alam sadar) dan perempuan tidak lagi dianggap tidak mampu melakukan pekerjaan "macho"."
Optimisme yang sama juga disampaikan Reini, dengan sedikit catatan khusus untuk pemerintah.
"Pemerintah Daerah perlu memfasilitasi, misalnya dengan membuka day care (tempat penitipan anak) yang berkualitas, di lokasi yang dekat dengan pemukiman, memberdayakan tenaga wanita juga. Jadi konsepnya dari ibu untuk ibu," kata Reini.
"Tetapi wanita perlu lebih memberanikan diri, bekerja lebih taktis, pandai membagi waktu, tentunya dibantu oleh suami yang sepaham," tambah Reini.
Amanda Achmadi di tengah aktivitas travelling studio yang digagasnya.
Supplied: Amanda Achmadi
Di tengah banyaknya isu perempuan dan bidang STEM yang belum selesai, Amanda mengingatkan agar para perempuan yang dianggap berhasil di bidang ini untuk tetap rendah hati.
"Para perempuan yang berhasil harus lebih berhati-hati saat menempatkan pengalamannya sebagai patokan untuk berkata: "if I can make it, you can make it". "
"Sebaiknya kita juga menyadari apa yang membuat segala sesuatu itu menjadi mungkin, karena apa yang tersedia dan saya miliki, belum tentu dimiliki mayoritas perempuan," kata Amanda.
Contohnya misalnya, jumlah cuti melahirkan berbeda-beda di tiap negara dan tidak universal.
"Dalam mempresentasikan diri sebagai penyintas di bidang ini, kita bisa menjadi sedikit arogan dengan mengabaikan kenyataan bahwa kita hidup dalam ketidaksetaraan gender di masyarakat, sehingga seruan untuk hak-hak dan kesempatan yang setara harus terus dilakukan," tutup Amanda.
Simak artikel-artikel menarik lainya dari ABC Indonesia