Cuma Kasih Konsesi ke Swasta, Menhub Tegaskan Tak Jual Bandara Komodo
- VIVA.co.id/Vera Bahali
VIVA – Kementerian Perhubungan dan PT Cinta Airport Flores atau PT CAF, bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, saat ini tengah berupaya mengembangkan Bandara Komodo, di kawasan Labuan Bajo, di Nusa Tenggara Timur.
Proyek kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) senilai Rp1,2 triliun itu, dikerjakan oleh PT Cinta Airport Flores, sebagai badan usaha pelaksana dari konsorsium pimpinan Cardig Aero Service (CASS).
Meski demikian, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, menegaskan bahwa proyek KPBU ini sama sekali bukan bermaksud menjual Bandara Komodo tersebut, melainkan melakukan kerja sama dalam hal pengembangan.
"Sebelumnya saya tegaskan, satu, airport ini enggak dijual. Konsorsium hanya mendapatkan izin konsesi selama 25 tahun," kata Budi Karya di kantornya, kawasan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat 7 Februari 2020.
Budi mengaku, proyek KPBU pengembangan Bandara Komodo agar statusnya bisa dinaikkan menjadi bandara Internasional ini, merupakan proyek bernilai cukup besar.
"Investor atau pengelola ini menginvestasikan jumlah uang yang luar biasa, lebih dari Rp1 triliun atau tepatnya Rp1,2 triliun," ujar Budi.
Budi menjelaskan, alasan kerja sama dengan pihak konsorsium CASS, melalui badan usaha pelaksana PT Cinta Airport Flores tersebut, dilakukan agar terjadi efisiensi dalam hal pembiayaan.
Sebab, nantinya dana awal yang dialokasikan untuk pengembangan Bandara Komodo ini, bisa dialihkan untuk membangun bandara, pelabuhan, atau fasilitas transportasi lain di sejumlah wilayah.
"Supaya uang yang semestinya untuk mengembangkan Labuan Bajo, kita bisa (gunakan untuk) membangun pelabuhan atau bandara (lain misalnya) di Papua, Aceh, Sulawesi Utara, dan sebagainya," ujarnya.
Diketahui, selama masa konsesi, PT CAF akan menempatkan Bandar Udara Komodo sebagai gerbang bagi Flores, terutama dalam mewujudkan misi Pemerintah untuk meningkatkan konektivitas nasional dan internasional.
Selain itu, mereka juga telah berkomitmen untuk meningkatkan jumlah penumpang dari 720 ribu penumpang saat ini, sampai dengan empat juta penumpang per tahun dan kargo sebesar 3.500 ton per tahun pada 2044 mendatang.