Pengguna Angkutan Umum Masih Minim, Hanya 32 Persen
- vivanews/Andry
VIVA – Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi menegaskan, pihaknya akan berupaya meningkatkan jumlah pengguna angkutan umum. Saat ini pengguna kendaraan umum masih rendah hanya sekitar 32 persen.
Hal itu diutarakannya dalam rapat koordinasi pembahasan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan dan Pengembangan Transportasi Perkotaan di wilayah Jabodetabek Tahun 2020-2024, yang digelar oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek.
"Kita memang melihat bahwa jumlah pengguna angkutan umum di Jakarta masih belum banyak, tercatat masih 32 persen," kata Budi Karya di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa 4 Februari 2020.
"Sementara negara-negara maju seperti Singapura dan Jepang itu 50 persen sampai 60 persen. Tentu itu harapan kita menjadi satu tujuan," ujarnya.
Di wilayah Jabodetabek, Budi Karya mengakui bahwa 32 persen pengguna transportasi umum didominasi oleh para milenial dan kalangan 'emak-emak', yang menurutnya justru lebih aspiratif dibandingkan masyarakat yang masih menggunakan kendaraan pribadi.
"Karena para milenial dan emak-emak ini adalah pengguna transportasi umum, maka baiknya harus ada suatu dukungan," ujar Budi Karya.
Karena itu, dengan melihat begitu besarnya Jakarta dan kota-kota sekitarnya, maka diperlukan suatu sistem dan rencana eksklusif, baik langkah-langkah kecil yang dilakukan maupun langkah besar yang harus dikerjakan, guna meningkatkan sektor transportasi.
Beroperasinya MRT dan dibangunnya LRT diharapkan menjadi salah satu solusi utama dari masalah ketidakefisienan mobilitas warga di suatu kota akibat buruknya transportasi publik.
"Dengan adanya MRT dan dibangunnya LRT, hal itu menandai angkutan massal menjadi suatu solusi. Angkutan massal adalah suatu keniscayaan yang harus kita bangun," kata Budi Karya.
"Apa yang sudah dilakukan itu adalah membentuk suatu efisiensi atau menghilangkan ketidakefisienan (mobilitas), pada pergerakan yang ada di kota ini," ujarnya.