Presiden Palestina Putus Hubungan dengan AS dan Israel
- Twitter / @ErakatSaeb
VIVA – Otoritas Palestina telah memutuskan semua hubungan dengan Israel dan Amerika Serikat, setelah menolak proposal rencana perdamaian Timur Tengah, yang diusulkan Presiden Donald Trump.
Presiden Mahmoud Abbas menegaskan, saat ini, sudah tidak ada hubungan sama sekali dengan kedua negara tersebut.
Rencana Perdamaian Timur Tengah yang diusulkan Trump, akan memberikan kepada Palestina sebuah pemerintahan yang terbatas di beberapa bagian Tepi Barat yang diduduki. Namun, mengizinkan Israel untuk mencaplok semua pemukiman di sana dan mempertahankan hampir semua wilayah Yerusalem timur.
"Kami telah memberi tahu pihak Israel bahwa tidak ada hubungan sama sekali dengan mereka dan Amerika Serikat, termasuk hubungan keamanan," kata Abbas usai pertemuan di Kairo, dikutip Independent, Senin 3 Februari 2020.
Abbas mengungkapkan, dia telah menolak menerima telepon maupun pesan dari Trump. Bahkan, melihat salinan proposal perdamaian tersebut, karena mengatakan dia tahu Trump akan menggunakannya untuk berkonsultasi.
"Saya tidak akan pernah menerima solusi ini. Saya tidak akan mencatatnya dalam sejarah saya, bahwa saya telah menjual Yerusalem," ungkap Abbas.
Dia mengatakan, akan tetap berkomitmen untuk mengakhiri kendali Israel atas wilayah Palestina yang diduduki, dan akan mendirikan negara dengan ibu kota di Yerusalem timur.
Selain itu, Abbas juga menolak menerima Amerika Serikat sebagai mediator tunggal dalam setiap negosiasi dengan Israel. Dia mengatakan, akan membawa permasalahan tersebut ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan organisasi internasional dan regional, untuk menjelaskan posisi Palestina.
Seperti diketahui, Trump pekan lalu mengumumkan proposal rencana perdamaian di Washington, pada konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Proposal itu akan memungkinkan Israel untuk mencaplok semua pemukiman di Tepi Barat, yang oleh Palestina dan sebagian masyarakat internasional dianggap ilegal, termasuk Lembah Jordan.
Sebagai imbalannya, orang-orang Palestina akan diberikan status kewarganegaraan di Gaza, termasuk beberapa bagian Tepi Barat, yang tersebar dan beberapa lingkungan di pinggiran Yerusalem, dan semua dihubungkan bersama oleh jalan, jembatan, dan terowongan.
Sementara itu, Israel akan mengendalikan perbatasan negara dan wilayah udara, termasuk mempertahankan otoritas keamanan secara keseluruhan. Proposal itu juga akan menghapus hak kembali bagi para pengungsi Palestina yang terlantar akibat perang 1948, dan keturunan mereka.