Logo BBC

Corona di Teori Konspirasi dan Hoax: Senjata Biologis hingga Azab

Sejumlah video memperlihatkan masyarakat makan sup kelelawar yang memicu spekulasi bahwa makanan itu memiliki kaitan dengan wabah virus corona. - Getty Images
Sejumlah video memperlihatkan masyarakat makan sup kelelawar yang memicu spekulasi bahwa makanan itu memiliki kaitan dengan wabah virus corona. - Getty Images
Sumber :
  • bbc

Sejauh ini kedua artikel ini telah diunggah ke ratusan akun sosial yang berbeda kepada jutaan pemirsa potensial.

Daily Star menerbitkan artikel serupa pekan lalu, dan mengklaim virus itu kemungkinan "dimulai dari sebuah laboratorium rahasia". Namun, semenjak saat itu, Daily Star menambahkan kalimat dalam artikelnya bahwa tidak ada bukti untuk mendukung klaim tersebut.

Berdasarkan penelitian resmi, virus tersebut diduga muncul dari satwa liar yang diperdagangkan secara ilegal di pasar makanan laut Huanan di Wuhan.

BBC News sudah berusaha menghubungi Washington Times untuk menanggapi mengenai dua artikel tersebut.


A baseless online claim includes accusing China of having a "covert biological weapons programme" - Getty Images

`Tim mata-mata`

Klaim lain yang tidak akurat menghubungkan virus corona dengan tindakan pemecatan seorang peneliti di Laboratorium Mikrobiologi Nasional Kanada.

Ahli virologi, Dr Xiangguo Qiu, suaminya, dan sejumlah siswanya dari China dikeluarkan dari laboratorium menyusul kemungkinan "pelanggaran kebijakan," demikian laporan oleh stasiun televisi CBC Kanada tahun lalu.

Kepolisian mengatakan kepada CBC News bahwa "tidak ada ancaman terhadap keselamatan publik".

Laporan lain mengatakan Dr Qiu telah mengunjungi Laboratorium Keamanan Hayati Nasional Wuhan dari Akademi Ilmu Pengetahuan China dua kali setahun selama dua tahun.

Sebuah cuitan di Twitter dan sudah lebih dari 12.000 retweet dan 13.000 mendapat status likes - mengklaim tanpa bukti bahwa Dr Qiu dan suaminya adalah "tim mata-mata", telah mengirim "patogen ke fasilitas Wuhan", dan bahwa suaminya "ahli dalam penelitian virus corona".