Helikopter Nahas yang Ditumpangi Kobe Bryant Tak Dilengkapi Black Box
- New York Post
VIVA – Pilot dari helikopter nahas yang menewaskan pebasket Kobe Bryant mengatakan kepada pengawas lalu lintas udara bahwa ia berusaha menghindari lapisan awan, sebelum jatuh secara fatal setinggi 1000 kaki.
Dalam pesan radio terakhirnya, Ara Zobayan meminta dan menerima izin khusus untuk terbang dalam kabut berat, hanya beberapa menit sebelum kecelakaan. Hal ini diungkapkan penyelidik Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB), Jennifer Homendy.
Zobyan meminta pengawas lalu lintas udara untuk menyediakan penerbangan dengan bantuan radar, namun setelahnya diberitahu bahwa pesawat itu terlalu rendah untuk bantuan tersebut. Sekitar empat menit kemudian, pilot disarankan untuk menghindari lapisan awan.
Ketika Kontrol Lalu Lintas Udara bertanya apa yang direncanakan oleh pilot, tidak ada jawaban. Kontak radar terakhir terdeteksi sekitar pukul 9.45 pagi. Dua menit kemudian, seseorang menelepon 911 untuk melaporkan kecelakaan tersebut.
Homendy mengatakan pilot sedang terbang dengan ketinggian 1400 kaki, ketika mengarah ke selatan lalu ke barat. Penyelidik NTSB juga mengungkapkan bahwa helikopter itu tidak memiliki kotak hitam atau black box, tetapi sebagai gantinya menggunakan iPad untuk jadwal penerbangan.
Dilansir The Sun, Selasa 28 Januari 2020, hingga kini petugas polisi secara aktif berpatroli di lokasi kecelakaan untuk melakukan penyisiran. Sejauh ini tiga mayat ditemukan di daerah Calabasas dan akan diidentifikasi dalam beberapa hari mendatang.
Semua penumpang di dalam helikopter Sikorsky S-76 dengan nomor ekor N72EX, termasuk Kobe dan Gianna, tewas dalam kecelakaan tersebut. Pelatih bisbol perguruan tinggi Joh Altobelli, istri mereka Keri, dan putrinya Alyssa, pelatih Akadmi Olahraga Mamba Christina Mauser, penumpang Sarah, Payton Chester dan pilot Ara Zobayan juga meninggal dunia.