Rapat dengan Komisi XI, Sri Mulyani Curhat 2019 Bukan Tahun yang Mudah
- ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
VIVA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan perlambatan ekonomi global sepanjang 2019 turut berdampak bagi perekonomian nasional. Hal itu menyebabkan kinerja ekspor-impor Indonesia pun mengalami penurunan.
Bahkan, menteri yang karib disapa Ani itu mengatakan, hingga saat ini pihaknya memprediksi bahwa kondisi serupa sepertinya masih akan terjadi di 2020 ini.
"Karena kalau kita juga lihat di 2020 ini, kondisi eksternal semacam itu masih akan penuh tantangan," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Komisi XI di DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa 28 Januari 2020.
Hal semacam ini diakui Ani, akan sangat memengaruhi penerimaan negara. Terlebih lagi tekanan ekonomi itu juga turut dirasakan oleh para pelaku usaha.
Kendati demikian, Ani mengaku optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan bisa tetap dijaga di kisaran 5 persen. Bahkan Ani membeberkan jika inflasi di tahun 2019 hanya sebesar 2,72 persen terhadap PDB, yang merupakan capaian terendah dalam 20 tahun terakhir.
"Lalu nilai tukar rupiah juga cenderung menguat di 2019, dan pada 2020 diperkirakan berada di kisaran Rp14.400 per dolar AS," ujarnya.
Realisasi pendapatan negara di 2019 tercatat mencapai Rp1.957,2 triliun, atau tumbuh 0,7 persen dibandingkan capaian 2018 yang mencapai RpRp1.942,3 triliun. Secara rinci, pendapatan negara tersebut terdiri dari penerimaan perpajakan sebesar Rp1.545,3 triliun, PNBP Rp405 triliun, dan hibah sebesar Rp6,8 triliun.
Selain itu, lanjut Ani, realisasi belanja negara tercatat mencapai Rp2.310,2 triliun atau tumbuh sekitar 4,4 persen dari realisasinya di 2018. Belanja ini terdiri dari belanja Pemerintah Pusat mencapai Rp1.498,9 triliun atau tumbuh sekitar 3 persen.
Realisasi belanja pemerintah pusat tersebut meliputi belanja kementerian dan Lembaga (K/L) sebesar Rp876,4 triliun, serta realisasi belanja Non K/L sebesar Rp622,6 triliun. Terdiri dari pembayaran bunga utang Rp275,5 triliun dan subsidi sebesar Rp201,8 triliun.
Sementara realisasi anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) mencapai Rp811,3 triliun, atau lebih tinggi 7,1 persen dari realisasi di tahun 2018. Dengan pendapatan dan belanja negara ini, Ani mengatakan bahwa terdapat defisit yang sampai dengan akhir tahun 2019 mencapai Rp2,2 persen dari PDB.
Realisasi ini lebih lebar dibandingkan rencana awalnya, yang hanya 1,84 persen dari PDB. Defisit ini mencapai sebesar Rp353 triliun atau lebih tinggi dari target awal yang hanya Rp296 triliun.
"Tahun 2019 bukan tahun mudah. Pelemahan ekonomi global mulai merembes ke domestik, meskipun daya tahan ekonomi kita tetap remakable," kata Ani.
"Belanja produktif untuk berikan bantalan baik di desa maupun masyarakat, pembiayaan dijaga hati-hati dan akuntable. Sementara di 2020, proyeksi positif akan terjaga meski perkembangan Januari tidak membuat happy, terutama karena Virus Corona, geopolitik, politik AS, yang tetap harus diantisipasi spill over ke dalam negeri," ujarnya.