Virus Corona Bikin China Kehilangan Konsumsi Domestik Saat Imlek

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Sumber :
  • Instagram @smindrawati.

VIVA – Mentari Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, wabah virus Corona yang saat ini tengah melanda China, menjadi kendala besar yang berdampak cukup signifikan ke perekonomian mereka.

Bertarung Pulihkan Pandemi, Jalan Terjal Pemerintah Indonesia Bangkit dari Belenggu COVID-19

Sebab, salah satu dampak nyata yang bisa langsung dilihat, adalah hilangnya momentum China dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi mereka di tahun baru China, Imlek, akibat menurunnya konsumsi domestik.

"Pada Januari ini, yang biasanya terjadi Chinese New Year dan dianggap sebagai salah satu momentum China bisa meningkatkan pertumbuhan ekonominya melalui domestic factor, yaitu konsumsi mereka," kata Sri dalam raker bersama Komisi XI di DPR RI, Senayan, Selasa 28 Januari 2020.

Pelemahan Ekonomi China dan Hongkong Disebut Untungkan Negara di Asean, Termasuk Indonesia

"Tapi dengan adanya Corona virus dan kemudian terjadi policy lock down, maka seluruh potensi perekonomian China dari domestic factor enggak terealisasi," ujarnya.

Sri menilai, selain kehilangan momentum meningkatkan perekonomian dari aspek domestik berupa pertumbuhan konsumsi di momen tahun baru China, pemerintah di sana saat ini memang masih memprioritaskan penanganan wabah virus Corona tersebut.

Chatib Basri Proyeksi Ekonomi China 2024 Melambat, AS Jauh dari Resesi

"Bahkan, liburnya (libur tahun baru China) diperpanjang oleh pemerintah di sana sampai awal Februari mendatang," ujar Sri Mulyani.

Selain itu, Sri juga menyebut dampak lain yang tidak bisa disepelekan bagi perekonomian sebesar China, yakni terkait soal kepercayaan global dan pesimisme terhadap kemampuan ekonomi China itu sendiri di tahun ini.

Sehingga, lanjut Sri, negara-negara yang berpotensi ikut terdampak akibat dinamika perekonomian China karena wabah virus corona tersebut, harus lah bersiap-siap dalam menghadapi pengaruhnya.

"Kemudian, Corona virus ini juga telah menimbulkan pesimisme yang menggulung ekonomi China," kata Sri.

"Jadi, sekarang ini salah satu battle atau peperangan besar adalah terkait bagaimana menjaga kepercayaan. Dengan volatile meningkat, yang muncul adalah risiko confidence yang melemah," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya