Mengenal Wuhan, Pusat Industri Manufaktur China yang 'Diserang' Corona
- Sumber: BBC
VIVA – Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, China diserang oleh virus Corona. Kota dengan penduduk terpadat di China ini dikenal sebagai 'Chicago' di China karena merupakan pusat industri manufaktur mobil yang berkembang pesat.
Kini, Wuhan sedang terisolasi karena sejumlah aktivitas mulai sekolah hingga perbelanjaan terhenti, akibat ketakutan akan virus tersebut. Semua jalur transportasi ke Wuhan mulai dari kereta api, bus, dan penerbangan pun dihentikan. Kekhawatiran pun meningkat bahwa virus itu bisa merusak pertumbuhan ekonomi di China bahkan dunia.
Wuhan juga disebut rumah bagi Dongfeng, salah satu produsen mobil terbesar di China. Dongfeng juga merupakan basis produksi produk hasil kerja sama dengan pabrikan mobil lain, seperti Honda, General Motor, dan Renault.
Mengutip Theguardian.com, sebagai ibu kota dan kota terpadat dengan populasi 11 juta orang, Wuhan mampu menghasilkan sekitar U$224 miliar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2018.
Kini, sejumlah pasar keuangan dan saham pun dinilai kena dampaknya akibat virus ini. Masih mengutip Theguardian.com, harga minyak pun kini telah jatuh di pasar internasional sebesar 3 persen, termasuk saham Louis Vuitton, Gucci, dan Cartier, yang semuanya berbalik arah.
Padahal, tahun baru Imlek pada 25 Januari lalu, biasanya menjadi peluang yang signifikan bagi merek-merek mewah Eropa untuk memasarkan barangnya. China pun mewakili 35 persen dari pendapatan global di sektor ini. Para analis pun memperingatkan bahwa penjualan bisa dilemahkan oleh larangan perjalanan tersebut.
Christopher Wood, seorang analis di bank AS, Jefferies, mengatakan, virus ini memiliki potensi untuk memicu kepanikan penjualan lebih lanjut. "Pasar telah mulai mencoba untuk memberi harga dalam risiko ini menjadi epidemi penuh," ujarnya.
Para ekonom pun mengatakan pariwisata, penjualan ritel, dan perjalanan akan terpukul dalam beberapa bulan ke depan. Sementara itu, produksi industri dapat berjuang untuk pulih setelah kemerosotan pada akhir 2019, di tengah perang dagang Amerika Serikat-China yang telah memangkas pertumbuhan ekonomi Tiongkok ke level terendah dalam 29 tahun.
Menarik pelajaran dari wabah SARS, ekonom di bank Prancis Société Générale (SocGen) juga memperingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi China mungkin akan jatuh di bawah 6 persen pada kuartal pertama 2020. Angka ini turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 6,1 persen, jika wabah gagal stabil pada Maret.
"Sektor yang terkait dengan konsumen dan pariwisata akan paling terpengaruh,” katanya.