Logo ABC

Hebat, Australia Day Jadi Ajang Promosi Budaya Indonesia

Komunitas Indonesia di Melbourne mengenakan pakaian daerah dari 10 provinsi 10 New Bali" untuk meramaikan Hari Australia."
Komunitas Indonesia di Melbourne mengenakan pakaian daerah dari 10 provinsi 10 New Bali" untuk meramaikan Hari Australia."
Sumber :
  • abc

Meski perayaannya menuai protes, Australia Day sebagai hari nasional telah dijadikan ajang untuk mempromosikan budaya para pendatang, termasuk dari Indonesia.

Komunitas Indonesia Rayakan Hari Australia

  • Pawai "Australia Day" jadi kesempatan pendatang untuk promosikan budaya asal
  • Komunitas Indonesia mencoba memperkenalkan "10 New Bali" lewat pakaian adat
  • Banyak warga Australia meminta perayaan "Australia Day" dihapuskan

Sejumlah warga Indonesia mengaku bangga dan gembira karena mereka memiliki kesempatan berpartisipasi dalam pawai memperingati "Australia Day" di Melbourne, Minggu pagi (26/01).

Parade "Australia Day" digelar setiap tahun dan menjadi kesempatan bagi komunitas pendatang untuk memperkenalkan kebudayaan mereka melalui busana, tari-tarian serta lagu daerah.

Dengan ditonton ribuan warga dan turis di Melbourne, Indonesia menampilkan baju adat dari beberapa provinsi yang kali ini sedang dipromosikan wisatanya, dikenal dengan sebutan "10 New Bali".

Salah satu peserta pawai adalah I Ketut Sri Handayani, akrab dipanggil Nindie, yang mengenakan pakaian adat Papua meski ia berasal dari Bali.

Dibalut busana berwarna kuning terang, Nindie mengatakan bangga bisa mengenal kebudayaan dari kawasan timur Indonesia Timur lewat pakaian dan tarian yang ia bawakan.

"Waktu itu tidak ada rencana untuk menampilkan kebudayaan Bali. Kemudian sanggar saya mengeluarkan [ide busana] Indonesia Timur. [Saya pikir] kenapa tidak?" kata Nindie, pemilik sanggar Widya Luvtari di Geelong.

"Menurut saya kebudayaannya memang harus dicampur-campur. Saya tidak ingin menunjukkan kebudayaan hanya yang dari daerah sendiri," tambahnya.

SRI - PARADE
I Ketut Sri Handayani berharap agar dunia pariwisata Indonesia bisa lebih dikenal Australia melalui parade Hari Australia.

Foto: ABC News/Natasya Salim

 

Sama seperti dengan Nindie, Rima Gayatri yang berasal dari Bandung juga tidak mengenakan baju adat Sunda.

Rima yang bekerja di sebuah perusahaan coklat di Melbourne mengenakan pakaian adat Betawi dengan hiasan kepala berwarna emas.

External Link: Video: Partisipasi Komunitas Indonesia dalam Merayakan Australia Day

"Pakaian ini merupakan salah satu dari "10 New Bali" yang dipromosikan Presiden Jokowi saat ini," kata Rima kepada Natasya Salim dari ABC News.

"Bali kan sudah terlalu populer, jadi [pemerintah mempromosikan] salah satu [tujuan] di Jakarta yaitu Pulau Seribu."

Para peserta pawai asal Indonesia merasa bangga karena bisa mewakili negaranya dalam acara yang juga diikuti oleh pendatang dari banyak negara.

Seperti yang diungkapkan Defin Pangkey asal dari Manado yang mengenakan pakaian adat Bangka Belitung.

"Saya sangat senang karena bukan hanya warga Australia yang hadir di acara ini tapi juga turis-turis mancanegara," katanya.

"Saya sangat bangga sekali apalagi mewakili Indonesia. Mengikuti acara ini hari ini sangat luar biasa."

DEFIN PANGKEY - PARADE
Defin Pangkey mengatakan bangga bisa mengenakan pakaian adat Bangka Belitung di tengah masyarakat mancanegara di Australia.

Foto: ABC News/Natasya Salim

 

Tentang kontroversi Hari Australia

Usai pawai "Australia Day" berakhir, sekitar 10.000 orang memenuhi halaman gedung Parlemen Victoria di Melbourne.

Dengan membawa bendera suku Aborigin, mereka berunjuk rasa menuntut agar perayaan "Australia Day" dihapuskan, karena dianggap sebagai hari penjajahan atas warga asli benua Australia.

PROTES AUS DAY
Kurang lebih 10.000 orang melakukan demo "Hapuskan Hari Australia" di Melbourne.

ABC News: Joseph Dunstan

 

Tidak hanya di Melbourne, unjuk rasa dilakukan serentak oleh warga Australia lainnya di Brisbane, Tasmania, bahkan di luar negeri seperti di kota London, Inggris.

Kontroversial memperingati hari nasional dialami oleh negara-negara yang tidak pernah mengalami penjajahan, justru sebaliknya mereka dianggap telah merampas tanah dan kehidupan bangsa lain.

Mengetahui soal pro dan kontra dari perayaan "Australia Day", Rima mengatakan keberagaman budaya yang dibawa oleh para pendatang ke Australia tetap layak mendapat kesempatan untuk diperkenalkan ke warga Australia.

"Kita berada di Australia sehingga tidak ada salahnya memperkenalkan [kebudayaan]," katanya.

Sementara itu Nindie berharap sektor pariwisata Indonesia yang selama ini sudah menarik warga Australia akan semakin luas dikenal.

"Saya ingin memperkenalkan budaya kita lebih kental lagi di Australia karena mereka [masyarakatnya] suka keliling Indonesia," katanya.

Temukan kisah inspirasi dari kehidupan warga Indonesia di Australia hanya di ABC Indonesia.