Warga Indonesia Bantu Kebakaran Australia: Jual Telur Sampai Cendol
- abc
Berbagai upaya dilakukan masyarakat Indonesia di Australia untuk ikut memberikan bantuan, sesaat setelah mendengar kebakaran hutan terjadi di berbagai lokasi di negara yang mereka tinggali saat ini.
Warga Indonesia bantu Korban Kebakaran Hutan Australia:
- Warga Indonesia di Australia sadar perlu membantu korban kebakaran
- Penggalangan dana dilakukan dengan berjualan, mengadakan acara atau digital
- Australia sudah dianggap rumah kedua bagi sebagian warga Indonesia
Mulai dari berjualan barang dan makanan hingga mengelar berbagai acara, komunitas Indonesia berusaha mengumpulkan dana dengan cara yang kreatif.
Dana yang terkumpul kemudian disalurkan ke sejumlah lembaga pemadam kebakaran dan yayasan perlindungan hewan untuk membantu mereka yang terdampak kebakaran hutan di Australia.
Mereka merasa upaya yang dilakukan adalah sebagai bentuk solidaritas kepada warga Australia dan berikut beberapa diantaranya.
Kumpul koin hingga jual telur di Adelaide
Aksi spontan dilakukan oleh Eni Mosel, pendiri dan bendahara IndoPeduliAdelaide, sebuah organisasi komunitas Indonesia di Adelaide, saat berada di sebuah acara komunitas Indonesia.
Eni Mosel memegang tabung donasi bertuliskan "Bushfires Donation" dalam acara penggalangan dana bersama komunitas Indonesia di Australia Selatan 22 Desember 2019.
Supplied: Eni Mosel
"Begitu ada kabar kebakaran yang terjadi di New South Wales (NSW), ketika ada acara di komunitas Indonesia tanggal 21 Desember lalu, Indopeduli membuka donasi koin dan berlanjut sampai sekarang."
Hingga kini, organisasi yang sudah aktif sejak Agustus 2014 tersebut telah menyalurkan dana sebesar $2,750 atau sekitar Rp 26 juta kepada beberapa lembaga, salah satunya Pemadam Kebakaran Australia Selatan.
Dana tersebut berasal dari berbagai sumber, termasuk salah satunya penjualan telur ayam sebanyak 20 kotak yang dijual seharga $5-$6, sekitar Rp 47 ribu- 57 ribu per kotak.
"Semua teman-teman yang ingin berbagi dari rekening IndoPeduliAdelaide kami terima. Ada yang memberi telur dari ayamnya pun saya terima dan kami jual untuk dijadikan donasi juga."
Perempuan yang juga bekerja sebagai penerjemah ini berharap musibah kebakaran, yang menurutnya menyangkut masa depan generasi berikutnya, dapat cepat padam.
"Australia yang tanpa polusi sangat penting keberadaannya dalam ekosistem dunia. Semoga ada bantuan hujan buatan apabila memungkinkan untuk Australia."
Eni yang pindah ke Adelaide pada tahun 2013 mengatakan sudah seharusnya masyarakat Indonesia yang tinggal di Australia berbagi susah dan senang bersama-sama warga Australia lainnya.
Jual cendol di Perth IQRO, organisasi Muslim Indonesia di Australia Barat, berinisiatif menjual cendol untuk menggalang dana bagi korban kebakaran hutan di Australia.
Supplied: Dwi Andi Wibowo
Inisiatif membantu saudara di Australia muncul di benak Dwi Andi Wibowo, sekretaris organisasi Muslim Indonesia di Perth bernama IQRO Australia Barat, dengan menjual minuman khas Indonesia.
"Rencananya kami mau menjual minuman cendol dan 100 persen keuntungannya untuk korban kebakaran hutan," kata Andi.
Ia juga berencana menggalang dana di acara "Perth Unites", yang akan diselenggarakan 27 Januari ini.
Andi mengatakan acara tersebut merupakan kerjasama warga lintas agama beserta komunitas lainnya di Perth.
Sebelumnya Andi sudah mengumpulkan dana sebesar $AUD 2,125, sekitar Rp 20 juta, melalui kampanye organisasi IQRO.
"[Kami] ingin memberikan sebuah rasa solidaritas dan empati kepada orang-orang yang terkena musibah bahwa kita dapat saling tolong enolong tanpa membedakan ras, suku, agama maupun kewarganegaraan," katanya.
"[Semoga] mereka bisa secepatnya pulih dari musibah yang terjadi walaupun nilai nominal yang disumbangkan tidaklah besar."
Makan sambil galang dana di Darwin Dana yang dikumpulkan oleh komunitas warga Indonesia di Darwin akan disalurkan ke Australian Red Cross, Wildlife dan organisasi penanganan kebakaran hutan di Australia.
Supplied: Dominic Witono
Sedangkan di Kawasan Australia Utara, Dominic Witono, wakil ketua Indonesia Australia Community Darwin Inc. beserta anggota akan mengadakan acara kecil-kecilan, Minggu besok (19/1/2020).
"Acaranya adalah kita akan kumpul-kumpul bersama di Jingili Water Gardens, semacam taman publik untuk makan bersama, namun kita juga menyediakan kotak donasi."
Meski terkesan sederhana, usaha yang dilakukan Dominic bersama teman-temannya ini berawal dari rasa keprihatinan setelah laporan kebakaran hutan yang menelan korban jiwa, kerusakan lingkungan, serta warga yang kehilangan harta bendanya
Dominic sadar bahwa pemerintah Australia sering memberikan bantuan kepada Indonesia ketika masyarakat terkena gempa, tsunami atau gunung meletus.
Kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia ia mengatakan saatnya bagi masyarakat Indonesia untuk menunjukkan kepedulian terhadap masyarakat Australia.
"Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung," kata Dominic yang sudah tinggal di Australia selama lebih dari 10 tahun.
"Meski mungkin hasil donasi nanti sangat kecil dibandingkan dengan yang orang lain lakukan, tapi rasa solidaritas, rasa memiliki terhadap tanah yang kita injak dan isinya itu juga ada di dalam hati kita."
"Tiket Undian untuk Kebaikan" di Sydney Setelah menggalang dana dari makan malam, IDN New South Wales berencana untuk menggalang dana secara digital untuk korban bencana kebakaran hutan Australia.
Supplied: Hendra Wijaya
Indonesian Diaspora Network (IDN) atau Jaringan Diaspora Indonesia di New South Wales berhasil mengumpulkan dana sebesar $1,000, Rp 9,4 juta, dari acara makan malam yang digelar tanggal 18 Desember 2019.
Acara bertajuk "Raffle Ticket for a Good Cause" atau Tiket Undian untuk Tujuan Baik", menjual tiket makan malam diiringi penampilan lagu dengan harga $30 atau 283 ribu rupiah per orang.
Pemegang tiket yang beruntung memperoleh hadiah berupa voucher dan minuman beralkohol yang diberikan secara gratis oleh sponsor.
"Kita sebagai diaspora yang ada di Australia merasakan kepedihan mereka [warga Australia]," kata Hendra Wijaya, ketua dari IDN New South Wales.
"Jadi walaupun kontribusi kita kecil, tapi kalau dikumpulkan dari beberapa orang dan masyarakat, harapan kita ini bisa menjadi "legacy" [atau warisan] bahwa kita peduli kepada masyarakat yang terkena musibah."