Neraca Dagang RI Tekor Dampak Ekonomi Global, Begini Penjelasan BPS
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA – Neraca perdagangan Indonesia masih belum bisa keluar dari kondisi defisit. Sepanjang 2019, defisit neraca dagang RI masih terjadi, di mana tercatat sebesar US$3,2 miliar.
Defisit neraca dagang Indonesia sebelumnya juga terjadi pada 2018 sebesar US$8,7 miliar dan 2014 sebesar US$2,2 miliar. Sedangkan pada 2015 tercatat surplus US$7,67 miliar, 2016 juga surplus US$9,48 miliar dan 2017 surplus US$11,84 miliar.
Lantas apakah perekonomian global yang menjadi faktor anjloknya kinerja ekspor terhadap impor?
Kepala Badan Pusat Statistik, Suhariyanto menuturkan bahwa kinerja neraca dagang yang defisit ini memang disebabkan oleh perekonomian dunia yang cenderung melambat.
"Memang perekonomian dunia yang cenderung melambat," kata Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Rabu 15 Januari 2020.
Dia melanjutkan, untuk beberapa negara tujuan utama terjadi perlambatan ekonomi seperti Tiongkok, Jepang, AS. Jika ekonomi ketiga negara itu melambat, dapat dipastikan permintaan akan komoditas Indonesia akan menurun.
"Jadi kalau orang bilang, 'Jangan nyalahin global terus', enggak juga. Ya memang itu kasat mata mau enggak mau berpengaruh," kata dia.
Selain itu, lanjut dia, fluktuasi harga mulai dari harga minyak mentah, dan komoditas utama Indonesia seperti minyak kelapa sawit, tembaga dan emas, termasuk batu bara juga memengaruhi neraca perdagangan Indonesia.
Apalagi masalah geopolitik di berbagai belahan dunia masih belum mereda. Di mana juga menyebabkan penurunan harga nikel hingga aluminium.
"Jadi kalau digabung (faktor defisit neraca perdagangan) perekonomian global yang melemah, perdagangan yang kurang bagus dan fluktuasi harga komoditas," ucapnya.