Intip Perbandingan Harga Rumah di Tengah dan Pinggiran Jakarta

Maket rumah dipamerkan saat pameran properti di Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

VIVA – Wakil Ketua Umum II bidang Urban Development The HUD Institute, Yayat Supriatna mengakui, saat ini banyak masyarakat khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, cenderung lebih memilih tinggal di hunian sewa.

Dia pun mencontohkan untuk hunian atau rumah yang berada di kawasan Jakarta Pusat, yang setiap tahun sebenarnya sudah mulai ditinggalkan atau tidak menjadi pilihan bagi para pencari rumah atau hunian. Sebab, selain tingginya kebutuhan hidup, sebenarnya wilayah Jakarta Pusat merupakan kawasan yang diperuntukkan untuk zona pemerintahan dan zona bisnis.

"PBB nya terlalu mahal, biaya hidupnya terlalu tinggi, dan sebagian orang yang ada di Jakarta Pusat itu justru sebenarnya tinggal di wilayah seperti Tangerang Selatan," kata Yayat di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa 14 Januari 2020.

10 Juta Rumah di Jepang Kosong dan Terbengkalai Hingga Ada yang Dijual Rp15.000, Warga RI Minat?

Yayat memastikan hal itu karena umumnya masyarakat hari ini lebih mengedepankan aspek kualitas hidup, dan kenyamanan akan lingkungan dalam hal memilih hunian atau tempat tinggal. 

"Mereka lebih memilih kualitas hidup, bukan soal rumah yang mahal. Karena belum tentu dia dapat nilai tambah untuk tujuan yang pragmatis," ujarnya.

Meski Harga Rumah Melambat, KPR Tetap Jadi Andalan Mayoritas Konsumen

Dengan demikian, Yayat menilai hal itulah yang membuat banyak kalangan kelas menengah lebih memilih tempat tinggal di wilayah perbatasan Jakarta, dengan kualitas hidup yang lebih memuaskan mereka.

Ketika dipastikan apakah wilayah itu termasuk kawasan Tangerang Selatan, BSD dan sekitarnya, Yayat pun menilai hal itu tergantung dari daya beli yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Sebab, di wilayah-wilayah itu harga untuk rumah tipe 36 dengan luas 90 meter persegi saja sudah mencapai sekitar Rp1,5 miliar, sementara di Bogor dan sekitarnya bisa mencapai Rp700 juta sampai Rp800 juta.

"Lalu di mana yang tersisa? Ya yang melalui FLPP, di mana di kawasan pinggiran Jakarta orang masih bisa dapat rumah dengan harga Rp200 juta sampai Rp300 juta," kata Yayat.

Karena perbandingan itulah Yayat meyakini bahwa umumnya orang akan berhitung dan cenderung melakukan konversi, dalam hal memilih lokasi dan bentuk hunian yang akan mereka tempati. Apakah mereka akan memilih harga hunian Rp150 juta sampai Rp200 juta di pinggiran kota, atau memilih apartemen dengan harga Rp200 juta sampai Rp300 juta di tengah kota.

"Tapi pertanyaannya, Apakah sekarang orang akan memilih rumah dengan semua atribut di dalamnya atau memilih rumah sewa? Karena sekarang banyak apartemen di tengah kota, dari para pengembang besar, yang sudah bisa di sewa secara bulanan," kata Yayat.

"Artinya, orang sudah bisa semakin memilih dengan biaya bulanan termurah, dan dari ongkos serta jarak terdekat. Maka dengan kemampuan yang terbatas rasanya memang pilihan yang benar itu adalah tetap memilih rumah di wilayah perbatasan atau di luar Jakarta," ujarnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya