Bukti Indonesia adalah Korban Doktrin ISIS dari Timur Tengah
- VIVAnews/Dinia Adrianjara
VIVA – Pengamat Kajian Timur Tengah Yon Machmudi mengatakan bahwa data menunjukkan hanya ada sedikit hubungan antara terorisme yang dilakukan dengan cara bunuh diri, dengan fundamentalisme Islam. Menurutnya, semua serangan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok teroris memiliki tujuan umum yang sama.
"Semua serangan punya tujuan umum sekuler dan strategis untuk memaksa demokrasi modern, menarik pasukan militer dari wilayah yang dianggap tempat teroris sebagai tanah air mereka," kata Yon dalam sebuah diskusi di kawasan Salemba, Jakarta, Senin 13 Januari 2020.
Yon mengatakan, terorisme yang terjadi di berbagai wilayah di dunia tidak hanya bersumber dari ideologi namun juga terkait dengan persoalan teritorial. Contoh yang bisa dilihat seperti invasi di Afghanistan yang berujung pada munculnya kelompok Al-Qaeda maupun invasi Irak yang memunculkan ekstremis ISIS.Â
Dalam hal ini, dia menilai Indonesia adalah korban. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia kerap terpengaruh dengan konflik di Timur Tengah dan jatuh dalam perangkap logika terorisme ketika menganggapnya sebagai masalah agama.
"ISIS menarik orang Indonesia untuk bangkit melawan orang kafir dan demokratis untuk menempati pendirian negara Islam," ujar Kaprodi KTTI SKSG Universitas Indonesia itu lagi.
Sebelumnya beberapa pengamat memperingatkan bahwa kelompok militan ISIS dapat mengalihkan basis operasinya ke Asia Tenggara setelah kematian pemimpin Abu Bakar al-Baghdadi.
Pihak berwenang di kawasan juga mengatakan akan menjadi perjuangan panjang untuk menggagalkan ideologi ISIS, bahkan setelah pemimpinnya tewas dengan meledakkan rompi bunuh diri dalam pengepungan pasukan khusus Amerika Serikat di Suriah pada Oktober 2019 lalu.