Mengukur Potensi Perang Dunia Ketiga akibat Konflik Iran-AS
- abc
Gambar Presiden Donald Trump yang dilempari dengan cat oleh peserta unjuk rasa di Manila, Filipina menentang serangan AS terhadap jenderal Qassem Soleimani.
AP: Aaron Favila
Menyusul pernyataan Menlu Iran, Javad Zarif, bahwa serangan rudal Iran ke Irak sudah selesai, ketegangan antara Iran dan AS menurun. Namun secara keseluruhan situasi di Timur Tengah masih panas.
Direktur Iran Project for Crisis Group, Ali Vaez, mengatakan masalah yang menimbulkan ketegangan dan konflik di Timur Tengah masih ada.
"Ketegangan yang ada sekarang karena tekanan AS yang membuat perekonomian Iran memburuk dan mendorong tindakan balasan yang dilakukan Iran," kata Ali.
Tindakan balasan yang sudah dilakukan Iran antara lain serangan terhadap tanker minyak yang melewati Selat Hormuz, serangan fasilitas milik AS di Timur Tengah, termasuk pangkalan militer di Irak baru-baru ini.
"Ini sudah menciptakan tiga kali kemungkinan adanya konfrontasi militer Iran dan AS dalam enam bulan terakhir," tambah Vaez.
"Sepanjang tekanan maksimum tetap dipertahankan dan pemerintahan Trump malah mengatakan akan melipatgandakan tekanan, saya kira sumber ketegangan tetap ada. Kemunculan konflik baru tinggal masalah waktu saja."
Namun kemungkinan terjadi perang terbuka antar kedua negara diperkirakan kecil, karena kedua belah pihak sudah mengatakan mereka sama sekali tidak menginginkan perang.
"Saya kira yang akan dilakukan Iran, melihat timpangnya kekuatan militer kedua negara, adalah melakukan atau terlibat konflik di tempat lain secara tidak langsung." tambahnya.
Dalam jangka pendek, Ali Vaez mengatakan usaha sekutu Iran untuk mengusir AS dari Irak akan terus terjadi.