DAS Bengawan Solo Ternyata Daerah Paling Rawan Banjir di Jatim
- ANTARA FOTO/Aguk Sudarmojo
VIVA – Beberapa daerah di Indonesia, diprediksi akan dilanda cuaca buruk. Hujan dengan intensitas tinggi ini, juga diprediksi turun di seputar wilayah Jawa Timur.Â
Di daerah tersebut, ada dua sungai besar yang mengelilingi, yakni Sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas.
Profesor Bidang Ilmu Manajemen dan Rekayasa Sumber Daya Air Universitas Brawijaya, Malang, Pitojo Tri Juwono mengatakan, untuk sungai Bengawan Solo, hulunya mengalir dari Jawa Tengah hingga ke beberapa daerah Jawa Timur, yang menjadi hilir dari sungai ini.
Sedangkan Sungai Brantas, hulunya berasal dari Kota Batu, namun hilirnya mengalir hingga Kota Surabaya. Dari dua sungai besar di Jatim ini, potensi banjir yang cukup besar ada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo. Sebab, pada sungai ini hanya memiliki satu waduk yang berfungsi sebagai pengendali air.
"Warga yang tinggal di DAS Bengawan Solo, wajib waspada, termasuk kepala daerahnya harus tanggap darurat. Sebab, daerah aliran sungainya luas, sementara Waduk yang menampung hanya satu, yakni Waduk Gajah Mungkur, di Wonogiri," kata Pitojo, Kamis 9 Januari 2019.
Pitojo menyebut, bila curah hujan tinggi, kemudian elevasi Waduk Gajah Mungkur sudah mendekati muka air normal. Maka, semua warga yang ada di DAS Bengawan Solo harus waspada. Seperti daerah Ngawi, Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan seterusnya harus mampu menampung kiriman air hulu, termasuk sungai-sungai anakan dari Bengawan Solo.
"Potensi banjir di hilir sangat riskan, karena bendungannya cuma satu. Saya kira kota-kota yang dilalui Bengawan Solo, harus mempunyai pola ketika air sungainya tinggi melakukan sistem buka pintu. Jangan sampai, airnya mengalir ke daratan itu harus dikembangkan di setiap kota yang dilalui Bengawan Solo," ujar Pitojo.
Berbeda dengan DAS Brantas, aliran air dari hulu ke hilir bisa dikontrol dengan beberapa waduk yang ada. Seperti Waduk Selorejo dan Waduk Sutami di Malang. Sementara itu, ancaman banjir di daerah rendah seperti di Surabaya, masih bisa terselamatkan, asalkan aliran air dari Sungai Brantas menuju sungai buatan Kalimas berjalan dengan baik.
"Sebelum masuk ke Surabaya, ada sungai buatan Kalimas yang mengalir ke Porong, untuk memastikan air yang mengalir ke Surabaya, debitnya tertata dengan baik. Tugas Pemkot Surabaya, lebih fokus kepada membuat daerahnya menjadi resapan yang baik saat hujan agar sungainya aman. Jadi, lebih mudah penanganan Sungai Brantas," tutur Pitojo.
Selain itu, Pitojo menyebut bila bendungan yang ada dibangun untuk 100 tahun sejak masa pembangunan. Ketika bendungan itu berfungsi selama batas waktu perancangan pembangunan seharusnya daerah aliran sungai mulai dari resapan tanah, lahan, hutan, seharusnya bisa dipertahankan atau tidak berubah secara drastis.
"Karena, ketika bicara bendungan kita bicara inflow atau banjir yang mengisi waduk. Kemudian, tampunganya mengendalikan, sehingga harus dikendalikan seimbang antara yang masuk dan keluar. Tidak kalah penting, masyarakat harus peduli lingkungan tidak membuang sampah sembarangan ke Sungai," kata Pitojo. (asp)