Defisit APBN Membengkak, Sri Mulyani: RI Lebih Baik dari Negara Lain
- ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa realisasi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), hingga 31 Desember 2019 yang sangat meleset dari target, masih lebih baik dari defisit APBN negara lain.
Defisit APBN hingga akhir 2019, tercatat sebesar Rp353 triliun atau 2,2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka tersebut membengkak hingga 119,3 persen dari target defisit APBN 2019 sebesar Rp296 triliun atau 1,84 persen dari PDB.
"Dibanding negara-negara lain defisitnya lebih besar dan pertumbuhan ekonominya rendah, maka kondisi Indonesia lebih baik," kata dia di kantornya, Jakarta, Selasa, 7 Januari 2019.
Dikatakannya, dengan defisit APBN tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga kuartal III-2019 masih terjaga di atas lima persen, yakni 5,05 persen meski tumbuh melambat dibanding 2018 sebesar 5,17 persen. Sementara itu, negara-negara lain cenderung dikatakannya anjlok dengan defisit yang melebar.
Dia mencontohkan, untuk India saja, defisitnya membengkak dari 6,4 persen terhadap PDB pada 2018 menjadi 7,5 persen pada 2019 dengan pertumbuhan ekonomi yang anjlok dari tujuh persen menjadi 4,5 persen. Begitu juga dengan China yang defisitnya membengkak dari 4,8 persen menjadi 6,1 persen.
Meski begitu, jika dilihat dari data beberapa negara tetangga Indonesia, seperti Malaysia, defisit APBN malah membaik, dari sebelumnya 3,6 persen dari PDB menjadi 3 persen pada 2019. Begitu juga dengan Vietnam yang stabil dari 4,4 persen pada 2018 dan tetap sebesar itu pada 2019.
"Jadi 2019 APBN tetap menjalankan tugas dan fungsinya sebagai instrumen mendorong pembangunan dan menjaga daya tahan masyarakat dari imbas kondisi global," ungkap dia.