Korban Perkosaan Ingin Reynhard Sinaga Menderita, 'Membusuk di Neraka'
- bbc
Para pria korban perkosaan Reynhard Sinaga mengatakan mereka ingin Reynhard menderita atas apa yang telah dia lakukan terhadap para korban dan "membusuk di neraka".
*Peringatan: Artikel ini berisi keterangan eksplisit terkait kekerasan seksual
Korban-korban perkosaan -semua adalah pria kulit putih Inggris berusia rata-rata 21 tahun- mengatakan mereka "tak akan pernah melupakan saat polisi mendatangi mereka" dan mengungkapkan apa yang terjadi pada mereka.
"Saya tidak akan melupakan hari ketika polisi mendatangi saya.
"Saya tidak tahu mengapa mereka perlu bertemu saya, namun saya bisa katakan bahwa saya merasa hancur saat mendengar bahwa saya adalah korban perkosaan setelah dibius dan tindak seksual itu difilmkan oleh seorang pria, yang sekarang saya tahu pelakunya adalah Sinaga," kata seorang korban pria dalam pernyataan kepada Kepolisian Manchester Raya.
Sejak awal persidangan, Reynhard menolak dakwaan melakukan perkosaan dan mengatakan hubungan seksual itu dilakukan atas dasar suka sama suka.
"Saya seperti mati rasa, saya sangat terkejut, merasa dikhianati, sangat marah. Tindakannya menjijikkan, tak bisa dimaafkan. Ia secara masif menyalahgunakan kepercayaan saya terhadap manusia," kata korban lain kepada polisi dalam pernyataan yang diperoleh BBC News.
"Saya mengharapkan hal terburuk akan terjadi padanya. Saya ingin dia merasakan sakit dan penderitaan seperti yang saya rasakan. Ia menghancurkan satu bagian dari hidup saya," kata korban pria lain.
Korban pria lain mengatakan, "Saya ingat hari saat polisi mengontak saya, hari yang tidak akan pernah saya lupakan karena mengubah hidup saya selamanya."
Ada bukti film yang direkam sendiri tapi Reynhard menyanggah membius korban
Reynhard Sinaga dihukum seumur hidup oleh Pengadilan Manchester atas tindak perkosaan dan serangan seksual terhadap 48 korban pria dalam 159 kasus. Tindak kejahatan ini dilakukan selama rentang waktu sekitar dua setengah tahun.
Sebagian korban diperkosa berkali-kali oleh Reynhard.
Tindak perkosaan itu semua dilakukan di apartemennya di pusat kota Manchester, yang menjadi tempat tinggalnya sejak 2011 sampai ditahan pada Juni 2017.
Di area seputar tempat tinggalnya terdapat sejumlah klub malam, tempat anak-anak muda berkumpul sambil minum-minum.
Persidangan berlangsung dalam empat tahap, mulai Juni 2018 dan tiga tahap pada 2019, namun Pengadilan Manchester baru mengizinkan pemberitaan setelah hukuman dijatuhkan untuk sidang tahap tiga dan empat pada Senin (06/01).
Reynhard yang datang ke Inggris dengan visa mahasiswa pada 2007 itu, menyanggah telah membius korban dan tetap bersikukuh bahwa yang terjadi adalah hubungan seksual suka sama suka.
Reynhard bersikukuh tidak membius korban walaupun semua film -dengan durasi berjam-jam- yang merupakan hasil rekamannya sendiri menunjukkan para korban pria tampak tak berdaya dan sebagian terdengar tidur mendengkur saat Reynhard melakukan aksinya.
Reynhard -yang memperoleh gelar sarjana dari fakultas teknik jurusan arsitektur di Indonesia pada 2006- juga bersikukuh bahwa para pria itu "berpura-pura tak bergerak sedikit pun" dan mereka telah setuju untuk terlibat dalam permainan "fantasi seksualnya".
`Perilaku predator`
Kepolisian mencurigai obat bius yang digunakan Reynhard adalah GHB - (gamma hydroxybutyrate) - obat yang dapat membuat korban tak sadarkan diri dan tertidur berjam-jam.
Obat ini menurut pakar forensik dan toksikologi yang dihadirkan di pengadilan, Dr Simon Elliott, selain memiliki efek membuat korban tak ingat dan tertidur pulas, juga mengendorkan tubuh.
Kondisi tubuh yang kendor memudahkan perkosaan melalui anus, menurut pakar.
Dalam persidangan, Reynhard juga menyatakan bahwa para korban pria yang mendekatinya dan bukan dia yang mencari sasaran di area seputar tempat tinggalnya.
Tetapi dalam rekaman CCTV yang diperoleh polisi, pria 36 tahun itu terlihat sering keluar apartemennya lewat tengah malam dan dalam satu kesempatan, ia kembali dengan seorang pria muda hanya dalam waktu 60 detik.
Polisi menyebut Reynhard memiliki "perilaku predator".
Sidang Reynhard Sinaga berlangsung selama empat tahap sejak Juni 2018 dengan korban 48 orang pria.
Namun kepolisian Manchester mengatakan korban dapat mencapai 190 pria, termasuk 48 orang yang telah dihadirkan sebagai saksi di pengadilan.
Polisi mengatakan korban dapat lebih banyak lagi karena Reynhard kemungkinan telah melakukan aksinya bahkan sebelum ia tinggal di apartemen di pusat kota Manchester pada 2011.
Polisi mengungkap para korban perkosaan ini melalui dua telepon genggam milik Reynhard yang disita, yang berisi rekaman film berjam-jam.
Satu telepon digunakan untuk merekam tindak perkosaan dari jarak jauh dan satu dari jarak dekat dan dilakukan di apartemennya, sebagian besar di lantai di kamar tidur dan ada juga di lantai ruang tamu.
Sejauh ini masih ada sekitar 70 korban yang belum diidentifikasi.
Stigma dan depresi menjadi korban perkosaan pria, merupakan salah satu faktor yang menyulitkan identifikasi korban, kata polisi.
Sebagian korban bahkan belum memberitahukan keluarga dekat atau pun teman. Sebagian korban juga menolak untuk melihat film perkosaan yang direkam Reynhard.
Kepolisian Manchester Raya menyatakan dari 48 korban yang kasusnya telah disidangkan, 45 di antaranya adalah heteroseksual dan tiga homoseksual.
Dari puluhan korban ini, 26 orang adalah pelajar.
`Membusuk di neraka`
Reynhard datang ke Inggris dengan visa mahasiswa pada 2007 dan memperoleh dua gelar magister di Manchester dan tengah mengambil gelar doktor dari Universitas Leeds saat ditangkap pada 2017.
Reynhard Sinaga ditangkap pada Juni 2017 saat seorang korban yang telah diperkosa terbangun, dan langsung memukulnya sebelum kemudian korban ini menelepon polisi.
Dalam pernyataan kepada polisi, para korban perkosaan Reynhard Sinaga ini juga menyatakan harapan agar Reynhard mendapat ganjaran seberat mungkin.
"Tak ada hukuman penjara yang setimpal dengan apa yang telah ia lakukan terhadap saya," kata seorang korban.
"Saya harap dia tidak pernah akan keluar dari penjara dan dia membusuk di neraka," kata korban lainnya.
Banyak korban yang mengatakan tindak perkosaan yang mereka alami menyebabkan mereka depresi dan sulit bangkit untuk menghadapi hidup.
"Saya ingin Sinaga mendapat ganjaran hukuman penjara selamanya karena perbuatan itu menyebabkan dampak besar. Tak hanya hidup saya namun juga teman-teman dan keluarga serta para korban lain," kata salah seorang korban.
Korban lain mengatakan, "Pelaku kejahatan telah mengambil satu bagian dari hidup saya yang tak mungkin saya peroleh kembali, dan dia pantas mendapatkan hukuman terberat."
Pernyataan yang dikutip polisi ini berasal dari korban-korban yang berbeda.
"Saya tidak pernah mengalami pengalaman seburuk ini dalam hidup saya dan saya tidak tahu bagaimana cara mengatasinya. Saya didiagnosis mengalami depresi parah dan diberi obat antidepresi. Saya juga mulai mengikuti konseling," cerita salah seorang korban.
"Serangan ini memiliki dampak serius terhdap kesehatan jiwa saya dan aspek hubungan sosial saya," kata yang lain.
Kepolisian Manchester menyediakan unit bantuan untuk para korban perkosaan ini.
Seorang korban mengatakan, "Saya sadar saya telah mendapatkan bantuan yang saya perlukan selama saya membutuhkannya. Saya ingin berterima kasih kepada polisi, mereka sangat membantu saya."
Sementara salah seorang korban lainnya mengatakan, "Saya mendapatkan bantuan dari ISVA (Penasehat independent untuk Kekerasan Seksual/ Independent Sexual Violence Advisor ) dari St Mary`s (Rumah sakit di Manchester) dan saya tidak dapat melalui ini tanpa bantuan itu. Ada saat di mana saya tak bisa bangkit dan menghadapi kenyataan ini."