Putra Mahkota Mohammad bin Salman, Demokrat, Pembaharu atau Diktator?
- bbc
Siapa sesungguhnya Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman? Apakah ia seorang demokrat, diktator atau pembaharu?
Di bawah kepempimpinannya, Arab Saudi memasuki babak baru: perempuan dibolehkan menyetir mobil, bioskop dibuka, ekonomi nonminyak dikembangkan.
Namun ia juga dikenal memenjarakan pembangkang, dan dicurigai mengetahui pembunuhan wartawan senior Jamal Khashoggi yang kritis terhadapnya.
King Saud University, tempat MBS mendapatkan gelar sarjana hukum. - Getty Images
Putra bangsa
Lahir 31 Agustus 1985, Mohammad bin Salman, atau MBS, besar dalam kehidupan istana yang nyaman dengan pembantu, juru masak dan pekerja ekspatriat untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Sebagai seorang pangeran, MBS dikatakan: "Tampaknya ia boleh melakukan apapun yang ia suka," kata mantan pekerja di Istana, Rachid Sekai.
Ketika ditawari kuliah di luar negeri, ia memilih belajar hukum di Universitas King Saud, Riyadh.
Keputusan itu dianggap patriotik oleh warga Saudi, membuatnya dianggap "putra bangsa". Namun akibatnya ia tidak berbahasa Inggris dengan lancar.
Praktik poligami lazim di Arab Saudi, tapi MBS hanya beristri satu, yaitu Putri Sara binti Mashur bin Abdulaziz al-Saud.
Mereka menikah tahun 2009 dikaruniai dua putra dan dua putri. Untuk urusan ini, MBS sangat tertutup.
Bagaimana kisahnya seorang pangeran muda yang relatif tak dikenal tiba-tiba menjadi putra mahkota paling berkuasa?
Awal k ari e r
Ketika lulus kuliah di usia 23, MBS magang di kantor ayahnya yang menjabat sebagai gubernur Riyadh saat itu.
Di situ ia belajar bagaimana ayahnya, Pangeran Salman, mengelola konflik dan berkompromi: keterampilan yang dibutuhkan untuk memerintah di Arab Saudi.
Tahun 2013, di usia 27 tahun, MBS menjadi kepala kantor putra mahkota, dan setahun kemudian ia menjadi menteri di kabinet.
Ketika Raja Abdullah mangkat bulan Januari 2015, Pangeran Salman - 80 tahun usianya ketika itu - menggantikannya.
Raja Salman kemudian mengangkat anak kesayangannya, MBS, sebagai menteri pertahanan sekaligus Sekjen untuk Pengadilan Kerajaan.
Serangan udara Arab Saudi ke Yaman banyak mengalami salah sasaran dan memakan korban sipil. - Reuters