Logo DW

Mengapa KTT Pemimpin Muslim di Kuala Lumpur Dipertanyakan

picture-alliance/AA/Presidency of Turkey/M. Cetinmuhurdar
picture-alliance/AA/Presidency of Turkey/M. Cetinmuhurdar
Sumber :
  • dw

Sebuah konferensi tokoh muslim dunia di Malaysia terseret ke arus perpecahan politik antara Arab Saudi dengan Turki, Iran dan Qatar. Pemerintah Riyadh menegaskan tidak akan menghadiri pertemuan tersebut. Pakistan mengikuti langkah Saudi dan urung mengirimkan perwakilannya ke Kuala Lumpur.

Riyadh berdalih konferensi di Malaysia merupakan forum yang salah untuk membahas isu-isu paling penting bagi 1,75 miliar umat muslim di dunia. Namun analis politik meyakini, sikap pemerintah Saudi berkaitan dengan kehadiran pemimpin dan kepala negara Turki, Qatar dan Iran.

Baca juga:Kenapa Ulama Islam Serukan Boikot Haji?

Ketiga negara membentuk blok politik usai Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Mesir memboikot Qatar perihal hubungannya dengan Iran. Ketika jurnalis Saudi Jammal, Khashoggi dibunuh secara brutal di kedutaan besar Arab Saudi di Ankara Oktober 2018, PM Turki Recep Tayyip Erdogan secara tidak langsung menyebut Pangeran Muhammad bin Salman mendalangi asasinasi tersebut.

Namun ketidakhadiran Arab Saudi sebagai penjaga dua kota suci Islam ke pertemuan puncak di Malaysia dinilai semakin memperdalam keretakan di antara negara-negara muslim.

"Masalahnya adalah ada blok-blok politik," kata James Dorsey, pengamat politik di S. Rajaratnam School of International Studies and Middle East Institute di Singapura. "Ada blok Saudi-Uni Emirat Arab dan blok Turki-Qatar. Sementara Pakistan berada di tengah-tengah dan berusaha agar tidak terlihat terlalu berpihak."

Di Kuala Lumpur, Erdogan dijadwalkan akan memberikan pidato di hadapan Presiden Iran Hassan Rouhani, Emir Qatar Syeikh Tamim bin Hamid Al-Thani, PM Malaysia, Mahathir Mohammad dan Wakil Presiden Indonesia, Ma'ruf Amin.

Sejauh ini belum ada agenda pasti dalam pertemuan puncak di Malaysia. Namun konferensi tersebut diyakini akan ikut membahas konflik Kashmir, Suriah dan Yaman, serta nasib minoritas Rohingya di Myanmar dan Uighur di Xinjiang, Cina. Terutama pembahasan perang di Yaman dikhawatirkan akan ikut ditunggangi kepentingan politik Iran.

Ironisnya PM Pakistan, Imran Khan yang secara aktif ikut mendorong agar digelarnya pertemuan itu memutuskan absen pada menit-menit terakhir. Sejumlah pejabat pemerintah yang enggan disebut namanya mengatakan keputusan Khan dipicu oleh tekanan Arab Saudi. Islamabad selama ini banyak bergantung dari bantuan finansial Riyadh.