Rachmat Gobel Ungkap Jepang Siap Danai Proyek Infrastruktur dan Rumah
- Istimewa
VIVA – Wakil Ketua DPR Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan, Rachmat Gobel optimistis minat investasi Jepang ke Indonesia semakin kuat. Ini tersirat dalam pertemuannya dengan sejumlah asosiasi dunia usaha dan tokoh politik dari partai berkuasa Liberal Democratic Party atau LDP Jepang selama kunjungan muhibahnya ke Negeri Sakura pada 9-15 November.
“Dalam berbagai pertemuan terlihat, pelaku usaha Jepang mengharapkan kerja sama yang lebih erat dengan Indonesia. Mereka memberikan berbagai masukan yang perlu menjadi perhatian, agar potensi investasi yang besar dari Jepang, bisa terealisasi untuk mendukung pertumbuhan dan penguatan struktur ekonomi kita,” kata Rachmat, dikutip dari keterangannya, Selasa 17 Desember 2019.
Bersama rombongan yang terdiri anggota DPR, DPRD, Rachmat melakukan pertemuan dengan Federasi Organisasi Ekonomi Jepang (Keidanren), Organisasi Perdagangan Eksternal Jepang (JETRO), Japan Bank For International Cooperation (JBIC), Sekjen LDP Toshihiro Nikai, dan anggota Parlemen Tatsou Fukuda.
Rombongan juga berkunjung ke sejumlah perusahaan besar yang dikenal mempunyai perhatian terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), seperti Suzuki Corporation, Shunk Do, perusahaan Unagi Pie, Torata Gotemba, dan perusahaan dodol terkenal berusia 500 tahun dan menurun ke 17 generasi.
Berbagai masukan dari pelaku dunia usaha Jepang, menurut Rachmat, akan disampaikan ke pemerintah melalui mekanisme rapat kerja atau rapat dengar pendapat dengan lembaga dan kementerian. “Usulan dan masukan dari JETRO, JBIC, dan Keidanren ini akan menjadi catatan delegasi dan segera disampaikan untuk menjadi masukan buat pemerintah,” katanya.
Jepang adalah investor terbesar kedua di Indonesia. Dalam 10 tahun terakhir, investasi dari negara matahari terbit ini mencapai lebih US$30 miliar. Negara ini juga tercatat sebagai kreditor terbesar dalam memberikan pinjaman untuk pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Ketua JETRO, Nobuhiko Sasaki mengatakan, hubungan kedua negara yang sudah berjalan baik lebih dari 60 tahun, harus mengalami peningkatan dan perbaikan. Ia menyampaikan, poin utama hubungan ekonomi Indonesia-Jepang, ialah bagaimana melakukan perbaikan dan peningkatan dalam bidang investasi, sumber daya manusia, dan transfer teknologi, perbaikan infrastruktur, serta competitiveness, terutama daya saing pengembangan ekspor.
“Ada peluang lanjutan investasi Jepang di Indonesia, apalagi jika dibarengi dengan fasilitas atau insentif untuk kemudahan investasi,” kata Sasaki dalam pertemuan yang juga dihadiri Presiden Direktur JETRO Jakarta, Keishi Suzuki.
Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Ketua Keidanren Kebijakan dan Aksi, Fumiya Kokubu dan Wakil Ketua Bidang Komite Ekonomi Jepang – Indonesia, Ken Kobayashi. Keduanya mengatakan, hubungan kedua negara harus semakin erat, karena Indonesia adalah mitra ekonomi yang sangat strategis.
Sementara itu, CEO JBIC, Tadashi Maeda mengatakan, JBIC saat ini tengah membahas kemungkinan pembentukan sovereign wealth fund (SWF) yang bisa digunakan untuk membiayai berbagai proyek di Indonesia, seperti pembangunan infrastruktur dan perumahan. “Skema yang sama juga diterapkan pada investasi di Uni Emirat Arab," kata Maeda.
SWF merupakan lembaga finansial yang dimiliki negara untuk mengumpulkan dana publik dan menginvestasikannya ke aset yang lebih luas dan beragam. Kemungkinan, pembentukan SWF ini sudah dibicara dengan Presiden Jokowi dan sejumlah menteri beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan itu, Maeda juga menyampaikan apresiasi dan pujian atas upaya dan inisiatif Rachmat Gobel selama ini dalam meningkatkan kerja sama Indonesia-Jepang, baik melalui Perhimpunan Indonesia-Jepang maupun sebagai Utusan Khusus investasi Indonesia. “Upaya Bapak Rachmat selama ini begitu mendalam dan melekat di hati masyarakat Jepang,” kata Maeda.
Kunjungan muhibah Rachmat dan rombongan membawa tiga isu utama, yaitu lingkungan hidup, pertanian, dan UMKM. Dalam berbagai pertemuan, ia menjelaskan, berbagai peluang kerja sama di bidang pertanian, perkebunan, tanaman obat herbal (jamu), perikanan, dan UMKM.
Menurut Rachmat, pengembangan UMKM di Jepang merupakan contoh yang baik. Negara ini berhasil mempromosikan UMKM dengan baik, sehingga mempunyai kontribusi besar terhadap ekspor.
“Harapan teman-teman DPR, kerja sama dengan Jepang, diharapkan dapat membantu pengembangan sektor UMKM seperti di bidang pangan, makanan halal dan obat tradisional,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Rachmat juga sempat menyinggung potensi industri garam NTT yang kualitasnya salah satu terbaik di dunia. Industri ini berpotensi dikembangkan untuk menjadi babahan baku komestik dan kaca.
Sedangkan dalam kunjungan ke Perfektur Shiga, Rachmat, antara lain membahas peluang kerja sama revitalisasi danau Limboto sehingga bisa menjadi salah satu destinasi wisata di Gorontalo.
Dalam kunjungan itu, rombongan berkesempatan melihat dari dekat praktek budaya Monozukuri pabrik otomotif Suzuki, pabrik kue “Unagi Pie”dan pabrik makanan manis “Toraya”. Dengan budaya Monozukuri, bangsa Jepang telah berhasil membangun industrinya.
Monozukuri merupakan kata yang berasal dari kata "mono" berarti produk atau barang, dan "zukuri" berarti proses pembuatan, penciptaan atau produksi.
Konsep ini memiliki nilai semangat kreatif untuk menghasilkan produk unggul serta kemampuan untuk terus menyempurnakan proses. Konsep ini berisi nilai keunggulan (excellence), keahlian dan keterampilan (skill), jiwa (spirit atau roh pendorong/penggerak), dan kebanggaan dalam kemampuan menciptakan dan memproduksi barang dengan sangat baik.
“Jika hal ini bisa dilakukan dan dicontoh oleh semua investor di Tanah Air, pasti industri kita akan sangat maju,” kata Rachmat.