Bagaimana Tentara Muslim Ikut Bertempur di Perang Dunia I
- dw
"Para rabi, pendeta atau imam di antara mereka bahkan belajar bahasa Arab, Ibrani, Inggris dan Perancis agar bisa melakoni ritual pemakaman bagi serdadu yang tewas di medan perang. Jika mereka bisa menghargai satu sama lain di zaman perang, apa yang menghentikan kita berbuat serupa saat ini?"
Padahal nasib para serdadu Muslim tidak seberuntung teman seperjuangan di Barat. Di India yang mencatat kematian 70.000 serdadu di Perang Dunia I, tentara yang pulang dimusuhi lantaran pergi bertempur demi pemerintah kolonial Inggris. Saat itu seisi negeri sedang mengawali jalan panjang menuju kemerdekaan.
Ketika pasukan Jerman menyeberang ke Prancis pada Agustus 1914, pemerintah di Paris buru-buru memobilisasi serdadu dari wilayah jajahan di Afrika Utara yakni Aljazair, Maroko dan Tunisia. Mereka tiba di Eropa dengan sambutan meriah karena dianggap sebagai pahlawan.
Adapun tentara yang dimobilisasi Inggris dari wilayah jajahan di India terdiri atas beragam keyakinan. Serdadu muslim mewakili sepertiga dari seluruh tentara India yang dikerahkan Inggris untuk berperang. Para serdadu itu memperkuat pertahanan Inggris yang kian rapuh ketika menghadapi tentara Jerman di selat Inggris pada 1914.
Baca juga:100 Tahun Perjanjian Versailles: Bagi Jerman Berakhir Dengan Bencana
Mereka adalah relawan atau tentara yang terlatih dan berpengalaman. Namun seperti tentara Barat, para serdadu Muslim itu tidak siap menghadapi neraka berupa hujan bom, peluru dan gas beracun di medan perang.
"Seperti lobak yang terbelah, seperti itu pula tubuh manusia yang terkoyak menjadi serpih oleh ledakan bom," tulis seorang serdadu dari utara India. "Merebut parit pertahanan sepanjang beberapa ratus Yard terlihat serupa seperti kehancuran dunia."