Bagaimana Tentara Muslim Ikut Bertempur di Perang Dunia I
- dw
Alunan nada The Last Post berkumandang di tepi Gerbang Menin di Kota Ypres, Belgia, ketika grup musik dari pemadam kebakaran lokal ikut menghantar prosesi peringatan prajurit yang gugur di Perang Dunia I. Seremoni itu diulang setiap tahun pada jam 8 pagi sejak 1928.
Dinding Gerbang Menin dihiasi nama milik 54,607 serdadu yang tewas, termasuk di antaranya 412 prajurit asal India yang juga melibatkan tentara Muslim seperti Bahadur Khan yang tewas pada Perang Ypres I pada Oktober 1914, atau Nur Alam yang dibunuh pada Perang Ypres II pada April 1915.
Tercatat sebanyak 2,5 juta serdadu Muslim ikut bertempur di bawah bendera Inggris, Prancis dan Rusia. Mereka mengangkat senjata untuk orang lain bukan bangsa sendiri. Kisah hidup para serdadu hijau itu termasuk yang paling sedikit diteliti, terutama jika dibandingkan dengan koleksi peninggalan tentara Barat dalam bentuk puisi, buku catatan harian atau surat.
Baca juga:Bagaimana Hitler dan Nazi Menggunakan Isu Islam Untuk Politik Anti Yahudi
Luc Ferrier, pendiri Yayasan Forgotten Heroes 14-19, berniat mengubah itu semua. Dia meyakini sekutu Barat tidak akan mampu memenangkan perang tanpa jasa serdadu Muslim. Organisasinya ikut membantu membangun kesadaran publik terkait kisah hidup mereka - sebuah aksi positif di tengah maraknya sentimen anti-Muslim di Eropa.
"Awalnya target yayasan ini adalah menemukan seberapa banyak warga muslim di bekas negara jajahan yang ikut bertempur bersama tentara sekutu," kata dia kepada DW. "Kejutan terbesar yang kami temukan adalah seberapa besar rasa hormat dan loyalitas di antara para serdadu dari berbagai keyakinan di situasi yang paling buruk, yakni di parit pertahanan Perang Dunia I."
"Termasuk buku harian yang kita temukan adalah milik serdadu Muslim, Kristen atau Yahudi yang bertempur bersama-sama, saling berbagi pengalaman dan menghargai budaya, musik, makanan dan ritual agama masing-masing, meski situasi yang sulit di parit pertahanan," kata dia.