BI: Ekonomi Indonesia Kuat Ditopang Konsumsi Rumah Tangga

Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan.
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Bank Indonesia memprediksi, pertumbuhan ekonomi dunia di 2019 akan merosot menjadi hanya 3 persen, dibanding tahun 2018 yang mencapai 3,6 persen. Sementara di 2020, pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi hanya akan mencapai sebesar 3,1 persen.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI, Endy Dwi Tjahjono menjelaskan, salah satu penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi dunia adalah adanya dinamika perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

"Hal itu menyebabkan penurunan volume perdagangan dunia. Sementara kegiatan produksi di banyak negara juga ikut berkurang, sehingga menyebabkan penurunan harga komoditas," kata Endy di Labuan Bajo, NTT, Senin 9 Desember 2019.

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

Kondisi semacam ini, diakui Endy, telah membuat sejumlah negara melonggarkan kebijakan moneternya, meskipun tidak selalu berhasil dalam meminimalisir dampak dari perlambatan ekonomi global tersebut. Sebab, Endy mengakui bahwa pelonggaran kebijakan moneter, seperti misalnya melalui upaya penurunan suku bunga atau ekspansi neraca bank sentral, tidak cukup untuk menangkal semua dampak dari perang dagang tersebut.

"Sehingga banyak dari mereka yang mencari yield dengan tingkat lebih tinggi, di negara-negara berkembang seperti misalnya di Indonesia," ujar Endy.

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Maksimal 5,5 Persen

Dalam kondisi tersebut, Endy memastikan perekonomian Indonesia masih memiliki daya tahan yang baik, walaupun turut merasakan dampak dari perlambatan ekonomi global tersebut. Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2019, yang tercatat hanya mencapai sebesar 5,02 persen secara year-on-year

Hal itu diakui Endy mengalami perlambatan dari pertumbuhan ekonomi di triwulan sebelumnya, yang mencapai angka sebesar 5,05 persen secara year-on-year. Namun, secara spasial, konsumsi rumah tangga dinilai masih tetap kuat, dengan pertumbuhan investasi yang juga tetap terjaga baik, karena adanya sejumlah proyek strategis nasional di Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa.

"Lalu kinerja ekspor di berbagai daerah juga tercatat mengalami perbaikan," kata Endy.

Kuatnya konsumsi rumah tangga dan bertumbuhnya investasi itu, diyakini akan mendorong perbaikan ekonomi Indonesia di triwulan IV-2019. Apalagi, hal itu juga masih akan ditopang oleh siklus dari kinerja ekspor dan fiskal, yang terus meningkat di akhir tahun.

"Siklusnya memang seperti itu. Didorong oleh perbaikan ekspor dan peningkatan fiskal. Kemudian juga hari raya Natal dan Tahun Baru, yang juga ikut menyumbang perekonomian di akhir tahun," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya