Seniman Indonesia Dialog dengan Warga Dresden Melalui Lelang Unik
- dw
Bagi Schindhelm dan timnya, kisah Raden Saleh menunjukkan bahwa Dresden dari dahulu sudah menjadi tempat yang menarik bagi seniman-seniman dunia seperti melalui kisah Raden Saleh. Pelopor seni lukis modern Indonesia itu, 200 tahun lalu pergi ke Dresden dari Belanda untuk mendalami ilmu melukis dan tinggal di sana sekitar 10 tahun. Karya-karya Raden Saleh juga mempunyai pengaruh kuat dari era romatisme yang pada masa ia tinggal di Dresden sedang populer.
Hahan sekarang membangun jembatan antara masa lalu dan masa kini. Bulan Mei lalu seniman kontemporer lulusan seni grafis ISI Yogyakarta ini berkunjung ke Dresden selama tiga minggu untuk riset tentang hidup Raden Saleh dahulu dan tentang Dresden zaman sekarang beserta sejarah, perubahan serta ketegangan sosialnya. Dalam risetnya, ia mengumpulkan berbagai objek yang akan dipresentasikan ulang sebagai lukisan.
Dari Dresden untuk Dresden
Untuk karyanya, Hahan yang juga terkesan dengan sejarah panjang kota Dresden, mengambil banyak inspirasi dari sebuah organisasi bernama Lapidarium. Hahan menjelaskan, bahwa Lapidarium mengumpulkan berbagai objek seni, yang tidak lagi sesuai dengan ideologi kota Dresden atau yang rusak dan disimpan untuk digunakan lagi di lain waktu. Publik bisa mengakses koleksi ini dan mengajukan permintaan untuk kembali menampilkan atau menggunakan objek-objek yang mereka butuhkan.
“Itulah yang saya lakukan dengan lukisannya: memotret, mengoleksi produk-produk budaya yang saya temukan selama saya tinggal di Dresden, bisa bentuk visual atau cerita, yang akhirnya saya masukkan di lukisan saya,” kata Hahan. Hahan membutuhkan waktu sekitar empat bulan untuk menyelesaikan lukisan yang merupakan karya terbesarnya sampai saat ini.
Selain itu, Hahan juga mengikutsertakan sebuah ide yang ia dapatkan dari secarik kertas yang menunjukkan daftar menu Raden Saleh untuk satu bulan selama ia tinggal di Jerman. “Makanan adalah satu poin penting untuk bertahan. Tapi bagaimana seniman bertahan hidup? Salah satunya dengan karyanya. Raden Saleh di Dresden tinggal berpindah-pindah, seperti ngekos, tapi bayarnya dengan melukis,” cerita Hahan.
Dari ide ini muncul konsep “The Curious Deal”, di mana peserta lelang diminta membawa objek beserta cerita dari objek tersebut, yang merepresentasikan tentang apa yang dibutuhkan oleh seniman. Benda-benda ini lalu digunakan untuk bertukar dengan lukisan.