Ingin Gaya Tapi Bokek? Intip Tantangan Finansial Generasi Milenial
- dw
Karena hanya fokus pada diri sendiri, mereka terjebak dalam pemenuhan kebutuhan pribadi yang cenderung konsumtif. Akibatnya meskipun memiliki penghasilan tinggi, banyak yang belum stabil secara finansial.
Dengan kondisi demikian pada akhirnya benar mereka tak mampu untuk menikah apalagi memiliki anak. Mungkin yang dilupakan adalah menghindari pernikahan karena alasan finansial tak selalu tepat. Karena sejatinya dua orang yang bekerja sama mampu menciptakan beragam stabilitas, dari emosi hingga urusan finansial. Banyak studi yang mengamini bahwa pasangan yang menikah lebih baik secara emosional, finansial, bahkan lebih bahagia.
Di Amerika Serikat, penyebab persoalan finansial generasi milenial tak hanya urusan konsumerisme. Generasi milenial juga diuji dengan isu-isu finansial yang sistemik, seperti beban pinjaman mahasiwa. Di Indonesia, meskipun umumnya anak-anak bergantung pada orangtua dalam pembiayaan studi, namun di masa depan mereka diharapkan memberikan kontribusi finansial pada orangtua.
Kultur membalas budi jasa orangtua dengan berkontribusi secara finansial ini memberikan beban finansial yang tidak sedikit. Selain itu meroketnya harga-harga setiap tahunnya menjadi salah satu tantangan yang sulit diatasi generasi milenial. Kenaikan harga rumah yang meroket terutama di wilayah urban, misalnya, tak sebanding dengan kenaikan gaji yang diterima.
Apa yang harus dilakukan?
Ada banyak nasihat dan trik keuangan yang bisa diberikan pada generasi milenial, semuanya berujung pada kebutuhan untuk melek finansial. Di antaranya, untuk memastikan ada sisa uang lebih dari gaji yang diterima setiap bulannya. Bila gaji ternyata masih pas-pasan tanpa sisa juga, cobalah temukan biaya apa yang masih mungkin bisa dipangkas.
Lebih jauh, bila telah memungkinkan sisakan gaji untuk ditabung, minimal sebesar jumlah tiga bulan gaji. Tabungan ini ditujukan untuk kebutuhan darurat. Ketika situasi finansial makin membaik bisa menabung lebih banyak.