8 Mitos Vaksin di Balik Wabah Campak: Autisme hingga Konspirasi Barat
- bbc
Vaksin campak pertama kali tiba di AS tahun 1963.
Namun vaksinasi tidak hanya memperkuat angka bertahan hidup. Secara dramatis vaksinasi juga menurunkan jumlah kasus campak selama periode 1963 hingga 1968.
Ada pula bukti sahih yang menyebut bahwa penurunan angka vaksinasi dapat memicu berkembangnya wabah campak.
Pada dekade 1970-an, di Swedia dan Jepang, terdapat peningkatan kasus kematian akibat penyakit yang bisa dicegah lainnya, yaitu batuk rejan. Penyebabnya, kala itu semakin sedikit anak di negara tersebut yang divaksin.
Vitamin tak cukup mencegah penyakit yang dapat diatas vaksin. - Getty Images
4. `Mayoritas orang sakit sudah pernah divaksin`
Para penyokong gerakan penolakan vaksin menggunakan argumen ini.
Tidak ada vaksin yang 100?ektif. WHO menyebut vaksinasi yang rutin terbukti hanya manjur terhadap sekitar 85-95% anak.
Setiap orang bereaksi secara berbeda terhadap vaksin. Artinya, tidak semua orang mampu mengembangkan sistem imun yang tangguh.
Jumlah orang yang sakit akibat tidak mendapatkan vaksin lebih tinggi ketimbang mereka yang sakit setelah vaksinasi.
Angka pasar vaksin sangat kecil dibandingkan penghasilan industri farmasi. - Getty Images
5. `Konspirasi Big Pharma bahwa ada kepentingan bisnis besar di balik vaksinasi`
Ekonom kesehatan di WHO, Miloud Kadar, memperkirakan nilai ekonomi industri vaksin secara global bernilai Rp336 triliun pada tahun 2013.