Masih Bakar Duit, OVO: Itu Strategi Semua Perusahaan Teknologi
- Arrijal Rachman/VIVAnews.com
VIVA – Lippo Group disebut-sebut menjual 70 persen saham di perusahaan dompet digital yang dibangunnya yaitu OVO. Direktur Umum OVO Karaniya Dharmasaputra menilai apa yang terjadi dengan Lippo adalah hal biasa di perusahaan teknologi dimanapun.
Karaniya menjelaskan, karena pertumbuhan OVO dan Indonesia mempunyai market serta potensi yang besar maka kemudian dibutuhkan akselesari yang luar biasa. Karena itu pihaknya kemudian memberlakukan fundrising.
"Sehingga kemudian ini kan sudah disampaikan dari Pak Adrian (Suherman) dari Lippo sendiri, kemudian Lippo yang mengundang mitra, mengundang investor, sehingga tentu porsi kepemilikannya tidak lagi 100 persen," kata Karaniya di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis 5 Desember 2019.
OVO saat ini dikenal kerap 'membakar uang' karena strategi cashback atau berbagai diskonnya. Karaniya menjelaskan, hal ini bukan hanya dilakukan oleh OVO saja.
"Ini juga tidak unique OVO ya kan. Saya kira semua perusahaan teknologi company melakukan dan menerapkan strategi bisnis yang memang berbeda sekali dengan strategi bisnis yang konvensional," ujar Karaniya.
Menurut Karaniya, model bisnis sekarang tidak lagi mengikuti pola konvensional. Karena dengan teknologi, maka bisa mendapatkan volume yang besar apalagi di negara luas seperti Indonesia.
"Dalam jangka pendek kita masih rugi, ndak apa-apa, kami mengedukasi market. Masalah di Indonesia ini literasi keuangan," kata Karaniya.
Sebelumnya, Lippo Group diberitakan melepas 70 persen karena tak lagi kuat dengan model bisnis OVO yang terus menerus membakar uang. Istilah bakar uang terkait model bisnis yang menggelontorkan uang dalam jumlah besar untuk proses pengembangan bisnis seperti untuk pemasaran dan akuisisi pasar.