Begini Cara Buwas Tutup Bunga Utang Bulog pada 2020

Dirut Perum Bulog, Budi Waseso
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA – Perum Bulog berencana memperbesar kapasitas penjualan beras secara komersial pada 2020 ketimbang untuk stabilisasi harga beras atau semata menjalankan program penugasan dari pemerintah. Itu karena Bulog saat ini menanggung beban bunga utang Rp28 triliun dari hasil pembelian beras dari penugasan pemerintah.

Bulog Ungkap 5 Tantangan Produksi Beras yang Berdampak Pada Krisis Pangan

Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso mengatakan, selam ini porsi kepemilikan beras yang bisa disalurkan Bulog adalah 80 persen berasal dari Cadangan Beras Pemerintah atau CBP yang ditujukan untuk program-program pemerintah dan 20 persennya milik bulog untuk komersil. Sedangkan pada 2020 akan 50:50.

"Karena hanya 20 persen belum memadai, maka nanti ke depan kita harus paling tidak 50 persen untuk komersial sehingga kita bisa menutupi bunga utang dan kita bisa menyicil bayar utang," kata dia di kantornya, Jakarta, Selasa, 3 Desember 2019.

IIRC 2024, Bulog Ungkap Strategi Atasi Tantangan Produksi Beras

Dia mengungkapkan, pada dasarnya saat ini gudang Bulog memiliki kemampuan menyerap tiga juta ton beras petani. Sedangkan, pemerintah hanya siap memberikan ganti rugi dari program penugasan sebanyak 250 ribu ton atau senilai Rp2,5 triliun. Namun, karena adanya aturan porsi serapan 80:20 tersebut Bulog kesulitan mengoptimalkan serapan sesuai kapasitas gudang.

"Yang membebani CBP tadi, yang komersial enggak. Ketika itu tadi yang setara 250 ribu ton beras ya kita sediakan itu 2,75 juta ton nya untik komersial. Kalau pemerintah butuh 500 ribu ton kita kasih beras kualitas mana, ya sisanya diganti pemerintah. Kan selesai," tegasnya.

Profil Wahyu Suparyono yang Ditunjuk Erick Thohir Jadi Dirut Bulog Gantikan Bayu Krisnamurti

Karena itu, Mantan Kepala Badan Narkotika Nasional yang kerap di sapa Buwas itu berharap, pemerintah segera menetapkan kebijakan supaya serapan CBP ke depannya tidak lagi bergantung kuota melainkan kemampuan anggaran pemerintah. Sehingga, Bulog bisa lebih fleksibel mengkomersialkan beras.

"Nah kita akan menggunakan beras itu dengan jualan komersial ke depan sehingga tidak lagi 50:50. Kalau sudah ada keputusan, mungkin hanya 20 persen CBP, selebihnya adalah komersial," tuturnya.

Perum Bulog pun ditegaskannya telah mempersiapkan mekanisme penjualan ke arah itu. Misalnya dengan membangun kerja sama dengan berbagai toko ritel, grab kios, termasuk e-commerce pangananadotcom. Dipastikannya, Bulog tidak lagi akan terus mengalami kerugian seperti saat ini, dan justru menjadi BUMN yang untung.

"Bulog harganya akan paling murah karena saya sudah kerja sama dengan beberapa ritel dan bikin e-commerce. Beras kita paling murah dan produk kita menduduki peringkat pertama, jadi kita pasti bisa," ungkap dia.

"Nilai keuntungannya berapa ya enggak bisa, orang belum jualan dan harga beras nilainya fluktuatif, bisa untung banyak bisa untung sedikit," tambahnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya