Bagaimana Ulama Wahabi Terbelah Soal Penawaran Saham Aramco
- dw
Modernisasi Arab Saudi yang dipacu oleh Pangeran Muhammad bin Salman dengan mengikis doktrin Wahabisme kini ikut membayangi proses penawaran saham perdana (IPO) milik perusahaan minyak negara, Aramco.
Raksasa minyak asal Teluk itu berniat menjual 1,5% sahamnya senilai USD 25 miliar. Namun keterlambatan dan keterbatasan profil calon pembeli, di mana investor dalam negeri dan negara Teluk lebih didahulukan, membuat lesu reaksi pasar. Sejauh ini saham Aramco hanya menghasilkan permintaan sebesar 1,7 kali lipat dari jumlah saham yang ditawarkan.
Padahal penjualan saham perdana National Commercial Bank pada 2014 silam memicu serbuan pelaku saham yang mencatat tingkat permintaan sebesar 23 kali lipat.
Baca juga:Arab Saudi Longgarkan Peraturan Perwalian: Reformasi Nyata atau Sekadar Simbol?
Namun kali ini pemerintah harus bekerja keras membibit ketertarikan investor dengan menggelar kampanye nasional menyebut investasi merupakan bagian dari tugas patriotik dan bank-bank lokal menawarkan "pinjaman IPO" berbunga rendah. Aramco juga menjanjikan keuntungan berganda buat pemegang saham lokal.
Terbatasnya minat pengusaha lokal antara lain diyakini disebabkan oleh perdebatan soal hukum Fiqh yang kini menjadi front terdepan modernisasi Arab Saudi. Ulama senior Saudi, Syeikh Abdullah al-Mutlaq misalnya menyebut penjualan saham oleh Aramco "dihalalkan" di dalam Islam.
"Partisipasi adalah hal baik dan ulama pun bahkan akan ikut serta," ujarnya.