Erick Thohir Ubah Konsep Super Holding BUMN Rini Soemarno
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengubah konsep super holding BUMN yang digaungkan oleh Menteri BUMN sebelumnya, Rini Soemarno. Menurut Erick, pihaknya hanya akan fokus pada pembuatan subholding.
Bagi Erick, pengelompokan BUMN ke depan hanya perlu sampai pada subholding atau mengelompokkan BUMN sesuai dengan fokusnya masing-masing.
"Jadi nanti saya rasa urusan super holding kita ubah konsepnya jadi subholding yang fokus pada masing-masing kegiatan unit usaha," kata Erick di Ruang Rapat Komisi VI DPR RI, Jakarta, Senin 2 Desember 2019.
Mantan Presiden Direktur ANTV itu menuturkan, rencana itu dilandasi dengan banyaknya BUMN yang overlaping ke berbagai sektor usaha. Dia mencontohkan, semua BUMN saat ini bahkan sudah mempunyai bisnis hotel.
"Ini kenapa kita harus konsolidasi semua sesuai dengan core bisnis-nya," ujar dia.
Dia mencontohkan, BUMN di sektor pelabuhan di Indonesia yang saat ini terbagi ke IV wilayah yaitu PT Pelindo I hingga PT Pelindo IV. Ke depan, lanjut dia, Pelindo direncanakan diubah sesuai dengan fungsinya.
"Pelindo kita ubah sesuai fungsinya, misalnya Pelindo (pelabuhan) peti kemas, pelabuhan curah cair. Jadi tidak berdasarkan sub regionnya yang akhirnya terjadi kanibal tidak pasti di antara mereka. Hal ini yang mau kita lakukan," ujar dia.
Model bisnis seperti inilah ditegaskannya yang harus diperbaiki agar BUMN bisa berdaya saing dan semakin bagus. Dia pun menyinggung hasil kunjungannya ke Pelabuhan Benoa di Bali, yang dinilainya sangat kontraproduktif. Saat itu, Erick didampingi oleh Gubernur Bali, I Wayan Koster dan Direktur Utama Pelindo III.
"Itu langsung kita putuskan relayout. Tidak mungkin yang namanya buat peti kemas, curah cair berdampingan yang ada ikannya di depannya. Itu relokasi secara menyeluruh," kata Erick.
Dia juga mengaku akan mengundang para pejabat Pelindo pada 27 Januari mendatang agar bisa dilakukan konsolidasi. Tak cuma itu, Erick juga mengaku akan mengkaji ulang manajemen ground handling di bandara yang saat ini juga dikelola oleh maskapai pelat merah, Garuda Indonesia.
"Sama juga kemarin saya review Garuda. Gapura yang namannya management handling itu enggak usah di Garuda. Lebih baik di AP (Angkasa Pura) aja yang manage itu. Kenapa harus ada overlaping yang akhirnya kontraproduktif," tutup dia.