Demonstrasi Berujung Pertumpahan Darah, PM Irak Mundur
- Murtadha Sudani - Anadolu Agency
VIVA – Perdana Menteri Irak, Adel Abdul Mahdi, mengatakan akan mengajukan pengunduran diri kepada Parlemen, agar dapat dipilih pemerintah baru. Hal ini dilakukan setelah Irak terus diwarnai aksi demonstrasi anti-pemerintah berujung kekerasan.
Keputusan Abdul Mahdi juga datang sebagai tanggapan atas seruan untuk pergantian kepemimpinan oleh ulama Muslim Syiah Irak, Ayatollah Ali al-Sistani.
"Menanggapi panggilan ini, saya akan mengajukan kepada parlemen untuk menerima pengunduran diri saya dari kepemimpinan pemerintah saat ini," tulis Abdul Mahdi dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir The Star, Sabtu 30 November 2019.
Dalam pernyataan tersebut tidak disebutkan secara spesifik kapan dia akan mengajukan pengunduran diri tersebut. Parlemen akan melakukan pertemuan pada Minggu besok waktu setempat.
Beberapa pekan terakhir muncul kerusuhan anti-pemerintah di mana pasukan keamanan telah menewaskan sekitar 400 demonstran yang mulanya melakukan aksi secara damai, namun berakhir pada eskalasi kekerasan yang lebih serius.
Pekan ini, sebanyak 25 orang meninggal dunia setelah pasukan keamanan melepaskan tembakan dengan amunisi langsung dan tabung gas air mata, untuk membubarkan pengunjuk rasa anti-pemerintah di kota Nasiriya, Irak.
Pihak berwenang di ibukota Baghdad langsung mengirimkan pasukan untuk memulihkan ketertiban di Irak selatan. Di wilayah tersebut telah berlangsung demonstrasi besar-besaran selama beberapa pekan terakhir.
Sebelumnya, pemerintah Irak telah memecat seorang komandan miiliter baru setelah pecahnya kekerasan. Menurut sumber di kantor Perdana Menteri Irak, Adel Abdul Mahdi memerintahkan pemecatan Letnan Jenderal Jamil al-Sjammari kurang dari sehari setelah ia ditunjuk sebagai komandan militer untuk mengelola provinsi Dhi Qar setelah eskalasi kekerasan di Nasiriyah.