Dikembalikan, Pedang Ulama yang Deklarasikan Jihad Lawan Penjajahan
- bbc
Omar Saidou Tall adalah seorang pemimpin dan ulama besar Afrika di abad kesembilan belas yang memerintah wilayah yang kini menjadi Guinea, Senegal, dan Mali.
Ia melawan penjajahan Prancis di kawasan itu dan kini warisannya telah dikembalikan oleh Prancis ke Afrika.
Prancis mengembalikan sebilah pedang milik Omar Tall untuk memenuhi janji Presiden Emmanuel Macron untuk mengembalikan warisan budaya penting dari bekas koloni mereka.
Sekitar 80 hingga 90 persen benda-benda warisan sejarah Afrika diperkirakan berada di museum luar negeri, menurut laporan resmi Prancis.
Siapa Omar Tall?
Presiden Senegal Macky Sall menyebut pengembalian ini sebagai "hari bersejarah". - AFP
Haji Omar Tall adalah seorang pemimpin politik, komandan militer dan ulama yang memimpin Persaudaraan Tidjane, sebuah kelompok sufi di Afrika Barat.
Para sejarawan mengatakan ia punya bakat besar untuk belajar, serta tiga kali naik haji ke Mekah.
Omar mendeklarasikan jihad melawan penjajah Prancis antara tahun 1857 hingga 1859 sebelum menandatangani perjanjian damai di tahun 1860.
Namun karena hasratnya untuk memperluas wilayah, Omar mendapat perlawanan dari penduduk setempat.
Tahun 1864, ia dan pasukannya dipukul mundur hingga tersudut ke jurang di Bandiagara, Mali.
Ia menghilang di sana dan jenazahnya tak pernah ditemukan.
Lalu anaknya, Ahmadou, mewarisi pedang Omar dan melanjutkan perang dengan Prancis, sampai ia juga dikalahkan.
Pedang Omar Tall termasuk di antara milik Ahmadou yang diambil oleh tentara penjajah Prancis tahun 1893.
"Kukira itu cuma mitos"
Anak Omar Tall, Ahmadou dikalahkan Prancis tahun 1893 dan pedang itu diambil darinya. - Getty Images
Kini pedang itu disimpan di Museum of Black Civilisations di ibu kota Senegal, Dakar.
Bilah lengkung pedang itu terbuat dari baja Prancis dengan gagang berbentuk paruh burung.
Pedang ini disimpan dengan sarung kulitnya di museum, dipinjamkan oleh Prancis.
Parlemen Prancis akan mengadakan pemungutan suara apakah pengembalian itu akan bersifat selamanya.
Warisan budaya lain yang dicuri
- British Museum
Semasa penjajahan Prancis di Afrika, ribuan artefak budaya dijarah dan kini dipajang di berbagai museum di Eropa.
Ada beberapa artefak yang dikembalikan oleh lembaga-lembaga yang tadinya menyimpannya.
Berikut beberapa artefak yang paling simbolis.
Perunggu Benin
- Reuters
Perunggu Benin merupakan kumpulan patung dan plakat terbuat dari kuningan, menghias istana kerajaan Oba, Ovonramwen Nogbaisi, di Kerajaan Benin, yang sempat digabungkan dengan Nigeria ketika dijajah Inggris.
Sesudah penjajahan Inggris, sekitar 1.000 artefak ini berakhir di berbagai museum di seluruh dunia.
Tahun lalu, beberapa museum itu setuju untuk meminjamkan kembali harta karun itu ke Nigerian Royal Museum, yang rencananya akan dibuka pada tahun 2021.
Pemakan manusia dari Tsavo
- Field Museum of Natural History
Dua ekor singa dari Tsavo, Kenya, membunuh dan memangsa puluhan pekerja pembangun rel kereta api di akhir abad ke-19.
Sesudah dibunuh, kedua singa itu diawetkan dan berakhir di Field Museum of Natural History di Chicago, AS. Pemerintah Kenya ingin kedua hewan buas itu dikembalikan.
Prasasti Rosetta
- AFP
Salah satu artefak terpenting di British Museum, London, Inggris adalah prasasti dengan tulisan penting berupa petunjuk bagi para ahli untuk mempelajari hieroglif atau aksara Mesir Kuno.
Prasasti ini dijarah tahun 1801 sesudah pasukan Inggris mengalahkan tentara Napoleon di Mesir. Museum Mesir telah lama meminta agar prasasti itu dikembalikan.
Patung Ratu Bangwa
- Dapper Foundation
Patung Ratu Bangwa setinggi 81cm ini terbuat dari ukiran kayu, menggambarkan kekuasaan dan kesehatan bagi bangsa Bangwa.
Tak jelas apakah patung itu diberikan kepada atau dijarah oleh pejabat pemerintah kolonial Jerman, Gustav Conrau, di awal abad ke-20.
Setelah berpindah tangan beberapa kali, Ratu Bangwa kini berada di Dapper Foundation, Paris.
Laporan resmi pemerintah Prancis mengusulkan agar Ratu Bangwa dikembalikan ke Kamerun.
Harta karun Maqdala
- V&A Museum
Termasuk dalam harta karun Maqdala adalah mahkota emas abad kedelapanbelas dan pakaian pernikahan kerajaan, yang diambil dari Ethiopia (dulu namanya Abyssinia) oleh tentara Inggris tahun 1868.
Ahli sejarah mengatakan 15 ekor gajah dan 200 keledai dibutuhkan untuk mengangkut jarahan dari Maqdala, ibukota Kekaisaran Tewodros II.
Beberapa di antaranya kini ada di museum Victoria and Albert, London, yang sudah setuju untuk meminjamkannya kembali ke Ethiopia.
Momodou Tail, cicit Omar Tall, menyatakan kepada BBC bahwa ia pikir pedang leluhurnya itu tak pernah benar-benar ada.
"Ada gambar ia sedang berdoa dengan pedangnya karena memenangkan perang melawan penjajah," kata Momodou.
"Tapi kukira itu cuma mitos saja."
Haji Mamadou Mactar Thiam, juga keturunan Omar Tall menyatakan, "Saya harap seluruh kitab-kitab kuno yang ada di Prancis juga mereka kembalikan."
Penjajah Prancis juga menjarah perpustakaan Ahmadou di Segou.
Ganti rugi budaya
Sebuah laporan resmi yang ditulis atas permintaan Presiden Prancis mengusulkan agar warisan budaya yang dipersengkatakan untuk dikembalikan ke negara asalnya. - Reuters
Di bawah Macron, Prancis berjanji untuk "mengembalikan warisan budaya Afrika ke Afrika", baik secara sementara maupun permanen dalam beberapa tahun ke depan.
"Saya tak bisa terima bahwa banyak warisan budaya dari beberapa negara Afrika ada di Prancis," kata Macron di Ouagadougou University, Burkina Faso, November 2017.
Laporan resmi November 2018 memperkirakan sekurangnya 90.000 artefak dibawa dari Afrika, terutama daerah Afrika sub-Sahara dan kini disimpan di muesum-museum Prancis.
" Cara paksaan "
Museum Quai Branly di Prancis saja menyimpan sekitar 46.000 potong, yang diperoleh "dengan cara paksaan".
Sejak laporan itu terbit, sejumlah artefak jarahan dijadwalkan akan dikembalikan oleh negara-negara Eropa ke negara asalnya. Termasuk di antaranya 26 karya seni dari Benin yang dipajang di Quai Branly.
Bulan Mei 2019, Jerman mengumumkan akan mengembalikan tengara navigasi yang dikenal dengan nama Batu Salib - yang dipasang oleh Portugis tahun 1496 - ke Namibia.
Universitas Cambridge mengumumkan akan mengembalikan satu Perunggu Benin berbentuk ayam jantan muda dikenal dengan nama "okukor". Artefak ini dijarah saat pendudukan Benin di tahun 1897 dan diwariskan ke Cambridge oleh seorang perwira Angkatan Darat Inggris tahun 1930.
Artefak penduduk asli Australia juga dikembalikan.
Manchester Museum baru-baru ini mengembalikan 12 artefak, termasuk artefak untuk upacara suci dan garmen yang terbuat dari bulu burung emu yang dijarah dari Australia lebih dari seabad lalu.