Pertumbuhan Ekonomi di Bawah Target Bikin Proyek 35 Ribu MW Mandek
- Dok. PLN
VIVA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui mega proyek pembangkit tenaga listrik sebesar 35 ribu megawatt (MW) tidak akan selesai sesuai target, yakni pada 2019. Proyek itu sebelumnya dicanangkan pemerintah akan bisa terealisasi selama lima tahun, yakni dari 2014-2019.
Sekretaris Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Munir Ahmad, menjelaskan alasan tidak tercapainya target tersebut. Menurutnya, hal itu dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang tidak pernah mencapai target pada periode pertama Presiden Joko Widodo menjabat, yakni tujuh persen.
"Ini kenapa tidak memenuhi target karena pertumbuhan kita di satu sisi tidak sesuai rencana," kata dia di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu, 27 November 2019.
Dia menjabarkan, berdasarkan perhitungan awal saat mulainya pengerjaan proyek 35 ribu MW, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 7-7,5 persen, dengan begitu pertumbuhan penggunaan listrik akan naik 1,2-1,3 kali dari pertumbuhan ekonomi. Sehingga, antara pasokan dan kebutuhan akan seimbang.
Namun kenyataannya, lanjut dia saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di kisaran lima persen. Dengan begitu, pertumbuhan kebutuhan listrik hanya sekitar 0,8-0,9 kali dari pertumbuhan ekonomi, sehingga banyak proyek yang ada dalam 35 ribu MW, dikatakannya, sengaja diatur penjadwalamnya kapan harus dikomersilkan atau commercial operation date/COD.
"Kalau COD bersamaan kita takut akan terjadi banyak suplai tapi permintaannya enggak ada. Ini yang kita seimbangkan dalam pertumbuhan beban suplai dan permintaan," tuturnya.
Sebagai informasi, berdasarkan data PLN, saat ini mega proyek 35 ribu MW yang baru COD hingga Oktober 2019 hanya sebanyak 3.946 MW atau baru 11 persen dari target. Sisanya, sebanyak 65 persen atau 23.129,8 MW masih melakukan konstruksi, sekitar 20 persen atau 6.877,6 MW masih melakukan penyelesaian pendanaan, 2 persen atau 829 MW sedang pengadaan, dan 2 persen atau 734 MW sedang tahap perencanaan.