Perjuangan Bocah Muslim Rohingya Setelah Orangtuanya Dibunuh
- bbc
Duduk di sekolah darurat di kamp pengungsian di Cox`s Bazar di Bangladesh, Omar, 11 tahun, berbicara perlahan saat mengingat ayah dan ibunya.
"Mereka sayang aku. Aku dirawat dengan baik," katanya.
Katanya, mereka berdua dibunuh oleh tentara Myanmar bulan Agustus 2017, bersama tiga orang saudara laki-laki dan dua orang saudara perempuannya.
"Setiap bangun tidur di pagi hari, saya pasti menangis. Lalu saya hapus air mata dan bersiap-siap ke sekolah," katanya.
Dua tahun telah berlalu namun masih sulit memahami kebrutalan yang terjadi terhadap Omar dan Muslim Rohingya yang tinggal di Myanmar.
Mungkin kita menyangka kasus seperti ini akan mengarah pada tindakan masyarakat internasional.
Tapi ternyata tidak. Keadilan bagi minoritas seperti mereka berjalan dengan amat lambat hingga terasa menyakitkan.
Kini ada tiga arah perkembangan hukum yang tampaknya tak saling terkait. Beberapa ahli hukum meminta adanya langkah besar, yang memungkinkan datangnya harapan.