Bali Masuk Destinasi Wisata Tak Asyik Dikunjungi pada 2020
- istimewa
VIVA – Media dengan segmen wisata Fodor's Travel asal Amerika Serikat (AS) menuliskan daftar destinasi wisata yang layak tidak layak dikunjungi pada 2020 mendatang. Yang mengejutkan, Bali, destinasi wisata Indonesia yang dikenal dengan sebutan Pulau Dewata itu dimasukkan di daftar Fodor's No List 2020.
Melalui laporan dan travel tips yang dituliskan media tersebut, dituliskan destinasi yang dianggap tak akan bisa menyambut wisatawan atau pendatang dengan kualitas yang cukup baik yang digambarkan dengan kalimat "The places that don't want you (or want you in smaller and better doses)”.
Dituliskan di dalamnya bahwa Bali memang merupakan pulau yang paling banyak dikunjungi di dunia. Namun, pulau itu tengah mengalami overtourism yakni membeludaknya pengunjung dalam beberapa tahun terakhir. Hal tersebut kemudian berakibat pada degradasi kualitas lingkungan hingga banyaknya sampah.
Dicatat, lembaga lingkungan Bali menyebutkan ada setidaknya 3.800 ton sampah setiap hari
dan akhirnya sekitar 60 persen yang tampak di permukaan.
Namun, selain soal lingkungan, Bali dan pemerintahnya kini tengah menyusun sebuah aturan dan tata cara agar para pendatang dan turis di sana menghormati dan berlaku dengan pantas khususnya dalam berpakaian ke tempat suci seperti kuil dan rumah ibadah lainnya.
Selain Bali, Fodor juga memasukkan Angkor Wat di daftar yang sama. Situs warisan budaya UNESCO di Kamboja itu termasuk sangat populer dan kerap dikunjungi turis asing. Namun, popularitasnya menurun karena struktur dan relief Angkor Wat disebut mengalami penurunan. Kerusakan di kuil candi tersebut kian bertambah yang dimungkinkan adanya lonjakan turis yang datang ke sana.
Kemudian Barcelona juga masuk daftar. Ruang yang makin sempit di kota tersebut disebutkan juga berpengaruh pada rute lalu lintas. Di sejumlah objek wisata utama seperti Sagrada Familia dan Parc Guell disebutkan sangat padat kondisinya. Banyaknya Airbnb juga berdampak pada kondisi itu. Tak hanya itu, padatnya wilayah tersebut diduga membuat kualitas hidup warga lokal ikut menurun.