Cara Kreatif Mahasiswa Indonesia Kuliah Sambil Bekerja di Jerman
- dw
Lewat fotografi dan desain Putera kerap mendokumentasikan acara-acara Indonesia di Berlin. Tak disangka hobi ini pula yang mengantarkannya bersekolah desain di Fachhochschule Potsdam, Jerman hingga mendapatkan tawaran proyek dari beragam perusahaan.
Perjalanan Putera dimulai dari Köthen, kota kecil di Saxony Anhalt, Jerman. Tiga setengah tahun masa persiapan studi dari persiapan bahasa hingga masa Studienkolleg dijalaninya di sana. Ia pun lantas diterima di Hochschule für Technik und Wirtschaft Berlin jurusan Medieninformatik atau Media dan Ilmu Komputer.
"Awalnya saya pikir akan dapat materi media dan desain, tapi ternyata bobotnya lebih ke pure informatik. Memang ada mata kuliah teori warna dan teori suara, juga Bildberabeitung (mengedit gambar), tapi lebih ke fungsi komputernya. Berjuang keras untuk kuliah karena sudah terlanjur masuk tapi terus gagal sampai kampus lama saya nge-drop out saya,” ujar Putera soal pengalaman studinya.
Namun Putera tak berhenti sampai disitu. Berbekal portofolio yang dibuatnya saat menjadi seksi dokumentasi acara-acara Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) hingga acara Persatuan Pelajar Indonesia(PPI) di Berlin, ia pun melamar studi desain komunikasi di HTW Berlin dan Fachhochsule Potsdam. Portfolio berupa foto-foto, desain poster, hingga karya video menghantarkannya menempuh studi impian, Kommunikationsdesign atau desain komunikasi. Lantas seperti apa pengalaman Putera menempuh studi desain di FH Potsdam? Simak perbincangan berikut.
Ada tips tertentu untuk masuk sekolah desain di Jerman?
Perbanyak karya dan dokumentasikan dalam portofolio. Kalau bisa buat karya yang beragam dari sketsa, ada foto, poster, video, atau karya digital lainnya. Desain itu sangat luas, tidak ada salah atau benar. Selama kita punya konsep yang kuat dan yakin dengan desain kita, itu bisa diterima.
Saat dipanggil untuk interview di FH Potsdam, saya punya portofolio yang memang sudah pernah dipakai dari acara-acara yang saya dokumentasikan, saat saya aktif di PPI Berlin atau KBRI waktu itu. Waktu itu saya dinilai berdasar pengalaman berkarya. Saat itu kebetulan saya sudah ada pengalaman desain yang beragam tak hanya foto, tapi juga desain poster, sampai video juga ada.
Tapi kawan-kawan lain punya cara yang berbeda untuk masuk sekolah desain. Ada yang ikut kursus mempersiapkan portofolio yang juga untuk juga cari tahu karya seperti apa yang dicari dosen-dosen di sekolah desain ini. Ada juga yang memang punya skill lapangan yang kuat dan dibuktikan lewat karya mereka yang sudah pernah dipakai dalam pameran atau event tertentu. Ini juga akan sangat diapresiasi.
Tantangan terberat studi desain di Jerman?