Logo DW

Industri Perikanan Thailand Masih Dihantui Perbudakan Manusia

picture-alliance/dpa
picture-alliance/dpa
Sumber :
  • dw

Di Asia Tenggara, penangkapan ikan secara ilegal, tidak dilaporkan dan tidak mengikuti peraturan masih banyak dijumpai. Indeks UII Fishing tahun 2019 yang dibuat oleh organisasi Global Initiative Against Transnational Organized Crime mengungkapkan bahwa Asia bernasib paling buruk di antara seluruh wilayah penangkapan ikan di dunia.

Kamboja, Vietnam, Myanmar, Filipina, dan Indonesia di antara 15 negara dengan kinerja sektor perikanan tangkap terburuk. Praktik ini tercermin dalam temuan Asia Foundation bahwa penangkapan ikan yang berlebihan telah membuat 64 persen dari total sektor perikanan di Asia Tenggara "pada risiko sedang hingga tinggi."

Enam negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Vietnam, Filipina, Malaysia, Thailand, dan Myanmar termasuk dalam 20 negara penghasil ikan dari sektor perikanan tangkap teratas dunia. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) hasil tangkapan dari enam negara ini setara dengan seperlima dari total tangkapan ikan seluruh dunia.

Kamboja adalah satu dari tiga negara di dunia yang berstatus kartu merah, yang membuat negara itu tidak bisa mengekspor produk makanan lautnya ke Uni Eropa. Tetangganya, Vietnam, telah memperoleh ancaan larangan dagang yang sama karena kapal penangkap ikan mereka berlayar "jauh dan tidak terkendali," kata Robertson. Vietnam memperoleh kartu kuning dari UE.

Di Filipina, praktik penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan dan tidak sesuai peraturan telah menyebabkan kerugian ekonomi lebih dari € 1,18 miliar (lebih dari Rp 20 triliun) per tahun, menurut Badan Pembangunan Internasional AS (USAID). Sedangkan Indonesia sampai dengan tahun 2014 harus merugi sekitar € 3,4 miliar (Rp 52,7 triliun) setiap tahun.

Harga sebenarnya dari makanan laut

Terlepas dari kerugian ekonomi yang terlalu tinggi, IUU Fishing juga merupakan ancaman serius bagi perikanan dan terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia.