Tembok Berlin Sudah Runtuh, Eropa Kini Malah Bangun Pagar Perbatasan
- bbc
Sudah 30 tahun sejak jatuhnya Tembok Berlin - sebuah tembok penghalang di jantung jaringan kontrol perbatasan yang mencegah orang-orang komunis di Eropa Timur melakukan perjalanan ke Barat selama Perang Dingin.
Namun, tiga dekade setelah diruntuhkan, ratusan kilometer pagar baru-baru ini dibangun di seluruh dunia, yang juga bertujuan membatasi pergerakan manusia.
Yang menjadi pusatnya adalah hubungan Eropa yang sulit dengan persoalan migrasi. Ini, menurut lembaga amal medis MSF, telah mengarah pada "normalisasi dari kebijakan pendendam yang menyebabkan kematian di laut dan penderitaan" para migran di luar Uni Eropa.
Ini adalah perkembangan yang membuat beberapa negara Eropa tampak seolah-olah mereka lebih peduli tentang implikasi ekonomi dan politik dari migrasi, daripada aspek kemanusiaan.
Jadi bagaimana sikap orang Eropa terhadap migrasi berubah - dan mengapa?
Sebuah benua yang terpisah
Setelah Perang Dunia II, Eropa terpisah menjadi dua bagian, yakni negara-negara berhaluan komunisme di timur dan kapitalisme di barat.
Sejalan dengan pemerintah negara-negara di blok timur menjadi lebih otoriter, banyak penduduknya yang meninggalkan negara-negara itu. Ada sekitar 2,7 juta orang meninggalkan Jerman Timur menuju Jerman Barat antara 1949 -1961.
Tembok Berlin termasuk The Berlin Wall included physical barriers, minefields and armed guards - Getty Images
Sebagai respons, negara-negara komunis yang dipimpin Soviet memperkenalkan kontrol perbatasan yang sangat ketat, termasuk pagar listrik, ranjau darat dan penjaga keamanan bersenjata, yang menggunakan kekerasan untuk mencegah orang-orang menuju Barat.
Margaret Thatcher, Perdana Menteri Inggris pada saat akhir era Prang Dingin, mengatatakan negara-negara blok Timur "memamerkan kekejaman dan barbarisme mereka dalam upaya putus asa mereka untuk menghentikan pelarian menuju kebebasan".