Bukti Produktivitas Sektor Pertanian RI Kalah dari Malaysia

Rakornas Kadin Bidang Agribisnis, Pangan dan Kehutanan.
Sumber :
  • VIVAnews/Fikri Halim

VIVA – Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengungkapkan, produktivitas sektor pertanian Indonesia masih kalah dibanding negara tetangga. Padahal, Indonesia dengan luas lahan yang besar memiliki potensi luar biasa di sektor pertanian. 

48 Tahun Taiwan Technical Mission di Indonesia, TETO Dorong Peningkatan Kerja Sama Sektor Pertanian

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Machmud mencontohkan penurunan produktivitas pertanian RI seperti kakao yang terjadi dari tahun ke tahun.
 
"Kalau Kakao kita awalnya peringkat ketiga (dunia) sekarang peringkat ketujuh, karena penurunan produksi dan produktivitas," ujarnya di acara Rakornas Kadin, di Jakarta, Selasa 5 November 2019. 

Untuk itu, dia menekankan bahwa Indonesia perlu melakukan inovasi teknologi yang lebih implementatif untuk mendorong produksi Indonesia. Menurutnya, ini menjadi peringatan karena peringkat produksi di Indonesia terus menurun.

Wahono-Nurul Mau Majukan Sektor Pertanian Bojonegoro, Begini Caranya

"Belum lagi karet. Karet kita kalau secara luas lahan terbesar di dunia tapi kenyataannya untuk produktivitas kita ada di level ke-4. Karena lebih rendah dari Thailand, lebih rendah dari Malaysia, lebih rendah dari Vietnam. Sehingga kita ada di peringkat ke-4," kata dia. 

Dia menegaskan bahwa persoalan seperti ini seharusnya bisa ditangani jika dilakukan bersama-sama. Khususnya, melalui dorongan investasi dari kalangan pengusaha seperti Kadin dan berbagai kemitraan lainnya. 

Mengenalkan Perkebunan Sejak Dini: Edukatif untuk Masa Depan yang Berkelanjutan

"Kalau kadin sudah investasi, dengan Investment dan kerja sama kemitraan dan lain lain. Itu semua bukan lagi halangan," ucapnya. 

Dia juga menjelaskan sektor pertanian dihadapkan pada tantangan penyediaan kebutuhan pangan dunia. Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) atau organisasi di bawah PBB, pada 2050 populasi dunia akan capai 9,1 miliar, atau 34 persen lebih tinggi dari populasi dunia saat ini.

"Diperkirakan produksi pangan akan meningkat 70 persen di negara berkembang, di mana sekitar 80 persen peningkatan produksi itu berasal dari peningkatan hasil intensifikasi pangan, dan sisanya dari perluasan lahan," kata dia.

Ilustrasi utang.

Kawal Implementasi Kebijakan Hapus Utang UMKM, Menteri Maman: Mereka Punya Nyawa Lagi

Kebijakan ini dinilai menjadi napas baru bagi pengusaha UMKM yang sebelumnya masuk daftar hitam Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK).

img_title
VIVA.co.id
25 November 2024