Logo DW

Board Game Eksotis Karya Anak Bangsa Unjuk Gigi di Pameran Dunia

DW/P. Nugraha
DW/P. Nugraha
Sumber :
  • dw

"Board game asal Indonesia itu bersaing, namun ada beberapa hal yang harus dibenahi dan diperhatikan bila ingin produknya dimainkan oleh pasar yang lebih besar. Antara lain, ikuti tren yang ada, kenali keinginan dan lokasi pasar, apakah pasar Eropa atau Amerika yang akan lebih menguntungkan untuk jenis-jenis board game kita dan perbaiki komponen pendukung permainan," ujar Stephan kepada DW Indonesia.

Sampai saat ini, Stephan telah menulis sekitar 30 ulasan tentang board game di websitenya dan mengaku bisa menghabiskan hingga 250 Euro, setara 4 juta Rupiah per bulan hanya untuk membeli board game yang akan ia ulas.

Board game semakin diminati

Bila kita bicara tentang board game atau permainan papan, mungkin Monopoli atau Ular Tangga adalah nama-nama yang pertama kali muncul di kepala kita. Umumnya, permainan online jauh lebih digemari daripada sekadar bermain sejenis monopoli. Tapi bagi para pengunjung SPIEL 2019, interaksi dengan pemain lain di atas papan game yang dimainkan secara langsung bersama partner lebih menarik dan tidak dapat tergantikan dibandingkan dengan game online.

"Untuk main board game, para pemain harus hadir duduk bersama dan berinteraksi secara langsung, saya kira itu adalah nilai yang paling penting dan akan makin sulit ditemukan di era yang akan semakin terdigitalisasi ini," ujar Andre, Ketua APIBGI.

Antusiasme pengunjung bisa dilihat saat berada di stan Indonesia. Tak sedikit yang datang untuk mencoba-coba permainan bersama pengunjung lainnya hingga membeli beberapa board game sekaligus. Yang ikut bermain sangat beragam, ada yang datang bersama keluarga, namun tak sedikit yang berasal dari komunitas board game.

Pontensi Indonesia