Logo BBC

Kisah Pernikahan Para Perempuan yang Hancur karena Masalah Perawan

Ilustrasi pernikahan.
Ilustrasi pernikahan.
Sumber :
  • U-Report

Amina, yang berasal dari keluarga konservatif dan miskin, terjatuh di pintu kamar mandi dan menyebabkan selaput daranya robek.

Ia memberitahu ibunya dan tidak menyadari apa yang terjadi. Ia langsung dibawa ke dokter kandungan, untuk memastikan apakah selaput daranya telah robek.

"Hari itu adalah cobaan berat bagi ibu saya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Setelah berkonsultasi dengan tiga bibi saya, akhirnya saya memutuskan untuk operasi selaput dara," katanya.

"Prosedur seperti itu dilakukan penuh kerahasiaan, karena operasi tersebut dilarang di negara kami, dan karena kebanyakan orang tidak akan percaya bahwa saya mengalami kecelakaan, dan akan meragukan keperawanan saya".

Tes keperawanan


- Getty Images

Di beberapa negara Arab dan negara berpenduduk Muslim, banyak perempuan menjalani tes keperawanan sebelum menikah, setelah itu calon pengantin perempuan menerima sertifikat yang menyatakan bahwa ia masih gadis.

Lembaga Human Rights Watch mengecam Indonesia dan negara-negara Arab dan Muslim lainnya yang masih melakukan "tes keperawanan" dengan cara menyakitkan.

Biasanya dilakukan oleh ibu-ibu yang lebih tua usianya, dengan cara memasukan dua jari ke dalam vagina untuk memastikan apakah ada selaput dara atau tidak.

Praktik tersebut, tersebar luas di Timur Tengah dan Afrika Utara, HRW menggambarkan dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada tahun 2014, sebagai "suatu bentuk kekerasan berbasis gender, dan diskriminasi tidak manusiawi terhadap perempuan, dan pelanggaran hak asasi manusia yang mencolok".

Sebuah studi yang dilakukan oleh BBC mengungkapkan bahwa India, Afghanistan, Bangladesh, Iran, Mesir, Yordania, Libia, Maroko dan negara-negara Arab lainnya, dan Afrika Selatan - berada di puncak liga internasional untuk tes keperawanan.

Menurut laporan HRW, Mesir, Maroko, Yordania dan Libia adalah negara-negara yang paling banyak melakukan tes keperawanan.

Namun pihak berwenang di Maroko dan Mesir dengan tegas menyangkal klaim tersebut, dan menegaskan kembali bahwa tes keperawanan itu adalah praktik ilegal yang dilakukan secara diam-diam.