RI Tawarkan Industri Halal Hingga Bangun Infrastruktur ke Maroko
- Dinia A/VIVAnews
VIVA – Pemerintah Indonesia menandatangani kerja sama di berbagai bidang, khususnya sektor ekonomi dengan pemerintah Maroko. Hal ini disampaikan dalam pertemuan bilateral antara Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dengan Menteri Luar Negeri Maroko, Nasser Bourita.
Dalam pertemuan bilateral tersebut, kedua menlu membahas pentingnya untuk segera dilakukan proses negosiasi Preferential Trade Agreement (PTA) antara kedua negara. Diharapkan negosiasi tersebut dapat dimulai sebelum akhir tahun 2019.
"Dengan PTA, maka hambatan tarif perdagangan dapat dihilangkan," kata Retno dalam pernyataan pers di Gedung Pancasila, Jakarta Pusat, Senin 28 Oktober 2019.
Indonesia menyatakan kesiapannya untuk memperluas akses pasar manufaktur unggulan, yang memiliki potensi pasar cukup besar di Maroko. Beberapa produk tersebut antara lain seperti tekstil, karet, sepatu, elektronik dan perabotan rumah tangga serta furnitur.
Indonesia ditegaskan Retno, siap untuk menyuplai produk seperti minyak sawit, teh dan kopi bagi kebutuhan dalam negeri Maroko.
"Kami juga membahas mengenai kerja sama dalam konteks industri halal. Ini sangat potensial di mana tahun 2017 misalnya, kita memiliki nilai industri halal sebesar US$2.1 triliun. Diperkirakan nilai ini akan mencapai US$3 triliun pada 2023," ujar Retno.
Retno dan Bourita juga membahas kerja sama di bidang vaksin dan farmasi. Dalam hal ini Retno menyampaikan bahwa BUMN farmasi dan vaksi Indonesia siap bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan tidak saja di Maroko, tetapi juga di Afrika, Timur Tengah dan Eropa.
"Saya sampaikan juga kesiapan BUMN dan swasta Indonesia untuk berpartisipasi dalam proyek pembangunan infrastruktur dan transportasi di Maroko misalnya jalanan, jembatan, proyek rel kereta dan perumahan," ungkap Retno.
Pertemuan bilateral tersebut selain dihadiri oleh Menlu RI, juga turut disaksikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Suhardi Alius.